Janjiku
pada Ibu
Karya M.Darwis
Rolan
Memang kadang hidup tak selamanya akan sempurna dan sindah yang kita inginkan. Tapi apa daya kita sebagai manusia hanya bisa menerima takdir dari tuhan dan selalu berusaha. Cerita ini berawal dari hidup ku yang hidup dari sebuah keluarga yang sederhana. Orang tua ku memberiku nama Putri, ayah memberi ku nama Putri karena alasan, aku adalah anak perempuan satu-satunya dari dua bersaudara. Aku hidup disebuah desa di daerah sumatra selatan yaitu sebuah desa yang bernama Betung, ayah dan ibu adalah asli orang Komring. Mungkin kalian banyak yang belum tau suku Komring, suku Komring adalah suku asli dari sumatra selatan yang sangat kental dengan budayanya.
Memang benar kata ku sebelumnya, hidup tidak lah sempurna dan seindah yang kita inginkn. Itu terbukti orang yang sangat aku sayang dan cinta, yaitu ibuku meningalkan kami sekeluarga untuk selamanya karena penyakit yang sudah bersarang lama ditubuhnya. Memang berat rasanya untuk terima dan ikhlas dengan kematian ibuku, saat itu aku masih duduk di kelas dua SD. Teringat semua kenangan dengan ibu yang tidak mungkin ku lupakan terutama pesan terakhir dari ibu yang memang terasa aneh bagiku, mungkin ibu sudah merasakan bahwa hidupnya sudah tak lama lagi.
"
Menjadi perempuan bukan lah mudah, banyak yang harus kau jaga,
tahu kan?,jadi
haga dirimu dan
jaga juga
adikmu" kata ibu pada ku saat itu,
dan ku
hanya
menganggukan kepala.
"
Dan satu lagi ibadah adalah bekal kita nanti,
jadi jangan lah kau lalaikan perintah agama" begitu
lanjut ibu.
Terkenenang
semua kenangan itu tanpa terasa air mata turun dari mata ku mengalir
bagaikan derasnya sungai yang membanjiri pipiku. Dalam hati ku
berjanji.
"
Baik bu semua pesanmu pasti akan teringat dan ku terapkan dalam hidup
ku ini".
Telah seminggu sudah ibu meninggalkan kami sedih masih menyelimutiku, kala teringat pada ibu. Terutama saat ku melihat adikku yang masih kecil, rasa iba ku pun menjadi tangis dalam hidupku, akan kah aku bisa membahagiakanya.
"
Rohman sini dulu." panggil ku pada adiku.
"
Iya kak rohman kesitu"katanya.
"
Kamu yang kuat ya sayang kakak pasti akan menjaga mu dan menjadi ibu
ke-dua buat mu"kata ku pada rohman.
"
iya kak terima kasih, kapan ya kak kita bsa ketemu lagi dengan ibu,
rohman rindu sekali dengan ibu?" tanyanya dengan polos.
Aku
yang mendengarpun semakin terpukul dan menangis sambil memeluk adikku
erat-erat.
"
Sebetulnya kakak juga rindu dengan ibu, tapi sekarng belum saatnya
kita ketemu dengan ibu. Tugas kita sekarang adalah menjadi anak
sholeh sehingga bisa mendo'akan
ibu dari sini".
Hal
yang aku takutkan pun terjadi, ayah akhirnya memutuskan untuk menikah
lagi dengan perempuan pilihanya. Dengan alasan akan ada yang mengurus
rumah sekaligus menjadi ibu baru buat kami. Sempat ku merasa tidak
terima dengan menikahnya ayah tapi apa daya, semua keinginan ku pun
tak mungkin akan terwujujud. Akhirnya kamipun harus terima
kalau kami
punya ibu tiri. Seperti yang aku takuti dulu ternyata setelah
beberapa bulan ayah menikah dengannya, semua kejelekan dan kekejaman
ibu tiri kupun terlihat semua. Akupun sering dimaki-maki tanpa alasan
yang pasti, apalagi dia selalu menjelek-jelekan ku didepan ayah. Ayah
yang tak tau apa-apapun sudah pasti memarahiku. Hingga suatu hari
ayah memberi keputusan yang sangat ku tidak terima. Aku harus di
berhentikan sekolah dengan berbagai alasan yang, saat itu
sekolahku
harus putus di kelas
empat SD.
"
Sanak bay donti,
ahirna begawina dilom dapur, jadi guai api haga sekolah. Lagi pula
ekonomi kita mak sanggup haga nyekolahko niku." begitu kata ayah
menggunakan bahasa komring yang artinya
"
Anak perempuan akhirnya nanti juga akan kerja didapur, jadi buat apa
kau sekolah. Lagi pula ekonomi kita tak sanggup untuk menyekolah kan
mu".
Aku
yang tak berdayapun hanya bisa terima kenyataan dan menangisi
keadaan. Sempat ku berpikir apakah semua ini hasutan jahat dari ibu
tiri ku, tapi sudah lah nasi sudah menjadi bubur aku harus terima
semua kenyataan ini.
Hingga suatu hari merasa diriku sudah tidak berguna jika hanya diam dirumah dan hanya akan membuatku menderita makan hati karena cacian ibu tiriku. Aku akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah dan ikut nenek untuk mencari kerja di kota dimana nenek tinggal. Memang berat rasanya apa lagi aku harus meninggalkan rohman dirumah dengan ibu tiriku, namun harus berani kujalani, kan akhirnya ku bekerja hasilnya untuk adiku juga ,agar nasibnya tidak akan sama dengan ku.
"
Man, kakak pergi dulu ikut nenek untuk cari kerja" kataku pada
rohman sambil menangis, yang saat itu dia duduk di kelas 5 SD.
"
Tapi nanti siapa yang menemani rohman, kak? " tanyanya.
"
Tenang saja kan dirumah ada ayah dengan ibu ditambah sebentar lagi
kita punya adik baru, jadi kamu harus patuh dengan ayah dan ibu".
Lanjut ku pada rohman.
"Tapikan
jelas berbeda dengan kakak" rohman menjawab sambil meneteskan
airmatanya.
"
Sudah jangan mengeluh dan menangis lagi kamu kan laki-laki jadi gag
boleh menangis. Nanti kalau kakak pulang, kakak belikan mainan buat
rohman tp rohman harus janji rajin belajar dan ibadahnya tidak boleh
lalai,
buat kakak bangga" kata ku pada rohman sambil menangis.
"
Baik lah kak tapi kakak juga tidak boleh menangis lagi dan jangan
lupakan rohman ya?". Jawab rohman.
"
Tentu saja sayang kakak akan selalu ingat dengan mu" kataku pada
rohman sembari mengusap air mata ku dipipi. Akhirnya aku meninggalkan
rumah dan pamit pada ayah dan ibu, teringat selalu wajah rohman
selama diperjalanan tanpa ku sadari air mata menetes dari mata ku.
"
Aku harus tegar demi rohman dan menepati janjiku pada ibu" kata
ku dalam hati.
Tanpa
terasa empat tahun sudah kepergian ku dari rumah untuk bekerja.
Kadang ku mengambil libur untuk menjenguk rohman, dan tentu saja
gajih yang kuhasilkan dari bekerja ku sisihkan untuk uang sekolah
rohman. Masih teringat saat ku belikan dia mobil mainan yang tidak
seberapa harganya, terlihat senyuman kebahagiaan dari wajahnya yang
membuatku selalu menangis bila mengingatnya karena kebhagianya adalah
kebahagianku juga. Tanpa terasa pula rohman sudah menginjak kelas
tiga SMP, yang berarti dia akan segera lulus dan akan melanjutkan
sekolah keSMA. Sempat aku mendengar percakapan ayah dengan ibu tiriku
saat aku pulang kerumah , bahwa setelah rohman lulus SMP
nanti tidak akan
dilanjutkan sekolahnya. Dengan alasan terbatasnya ekonomi, diambah
kedua adikku dari ayah dan ibu tiri sudah mulai mengenyam pendidikan.
Jadi kemungkinan besar rohman tidak akan melanjutkan sekolah.
Teringat ku pada janjiku dengan ibu untuk menjaga rohman, sehingga ku
putuskan untuk menyekolahkanya kelak dengan jerih payahku sendiri.
Tanpa
terasa akhirnya rohman lulus dari SMP, mendengar kabar itu aku
putuskan untuk libur bekerja untuk beberapa hari. Sesampai dirumah
aku mendengar bahwa rohman menangis karena tidak diijinkan untuk
melanjutkan sekolah. Hati ini sangat terpukul mendengarnya, akhirnya
aku putuskan memberanikan diri untuk membawa rohman kekota untuk aku
sekolahkan.
"
Rohman sudah jangan menangis lagi, kamukan laki-laki jadi harus tegar
dan jangan mudah nangis" kata ku pada rohman yang sedang
menangis dikamar.
"Iya
kak tapikan rohman masih mau sekolah" katanya sambil
tersedu-sedu.
"
Ya sudah jangan menangis lagi, nanti kamu ikut kakak kekota dan kakak
usahakan kamu kakak sekolahkan" kata ku pada rohman sembari
memeluknya.
"
Benar ya kak?, rohman janji akan bantu kakak dan patuh dengan kakak "
katanya pada ku.
"
Iya tentu saja, nanti kakak yang minta ijin pada ayah" lanjut ku
pada rohman.
Akhirnya
aku minta ijin pada ayah membawa rohman kekota untuk sekolahkan, lagi
pula rohman lulus dari SMP dengan nilai terbaik disekolahanya, jadi
akan sangat rugi bila memberhentikan rohman sekolah padahal dia
sangat berbakat dan pintar.
Hingga suatu hari aku menikah dengan orang yang aku sayangi. Yang membuat ku berseia dia menyunting ku, karena dia juga bersedia untuk membantuku menyekolahkan rohman. Sebut saja namanya adalah parlan, parlan adalah seorang lelaki yang sangat berbeda dengan laki-laki lain, yang lebih penting dia adalah imam yang sangat pantas buat keluarga karena dia termasuk orang yang sholeh. Setelah dua tahun menikah kami memiliki seorang anak laki-laki yang kami beri nama Paris. Tanpa terasa juga rohman sudah lulus dari SMA dengan nilai yang terbaik di Sumatera Selatan. Perasaan bangga menjadi kakaknya memang tak bisa terhitung lagi, jerih payahku menyekolahkanya pun sudah terbayarkan dengan keberhasilanya.
Karena
nilai rohman yang sangat baik itu, akhirnya dia mendapatkan beasiswa
untuk melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia tanpa mengeluarkan
biaya sedikit pun, karena semuanya
sudah ditanggung
pemerintah Sumatra Selatan. Sehari sebelum rahman pergi kejakarta aku
sempat bicara empat mata dengannya.
"
Terima kasih , atas
bersedianya kakak menjadi ibu ke-dua buat rohman, sehingga rohaman
menjadi begini"
kata rohman pada ku.
"
Sudahlah kakak sudah merasa terbayar dengan semua prestasi yang kau
berikan ini" kataku pada rohman sambil meneteskan air mata.
"
Tapi rohman merasa belum
seberapa, dengan apa yang kakak berikan selama ini, suatu hari nanti
setelah rohman menjadi orang sukses, rohman berjanji akan
membahagiakan kakak dan tidak akan ada airmata lagi dihidup kakak."
kata rohman pada ku sembari mengusap airmataku.
Air
mata ku pun mengalir membasahi pipi walau telah diusap oleh rohman,
dan ku peluk adikku sampai hati ini merasa puas. Hari dimana rohman
akan pergi ke-Jakarta
pun tiba, sedih bercampur bangga menjadi satu, do'a akan selalu
menyertai adikku tersayang
yang selamanya akan selalau begitu.
Janji pada ibu pun terasa sudah sedikit terbayar, aku harap kelak
rohaman dan anak ku
paris menjadi orang yang sukses dan hidupnya
selalu bahagia. Aku
tidak mau, bila nasib orang yang aku sayangi,
terutama anak ku kelak sama nasibnya sepertiku yang selalu dihantui
oleh penderitaan.
Biodata:
Nama asli pengarang cerpen ini adalah Muhamad Darwis Rolan yang biasa dipanggil Darwis. Tempat dan tanggal lahir beliau adalah di Baturaja dan dilahirkan pada tanggal 23 juli 1994. Hobi dari penulis ini adalah Menulis dan menjelajahi dunia maya. Beliau memiliki cita-cita yaitu menaikan haji orang tuanya dengan jerih payah yang dikerjakanya semoga cita-cita ini dapat terwujud. Ingin lebih dekat hubungi
Nama asli pengarang cerpen ini adalah Muhamad Darwis Rolan yang biasa dipanggil Darwis. Tempat dan tanggal lahir beliau adalah di Baturaja dan dilahirkan pada tanggal 23 juli 1994. Hobi dari penulis ini adalah Menulis dan menjelajahi dunia maya. Beliau memiliki cita-cita yaitu menaikan haji orang tuanya dengan jerih payah yang dikerjakanya semoga cita-cita ini dapat terwujud. Ingin lebih dekat hubungi
- facebook : http://www.facebook.com/mdr.roland
Mungkin
haya demikian bidata dari penulis, semoga berguna dan terimakasih.
0 comments:
Post a Comment