English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selamat Datang di Website Darwis Roland Semoga Dapat Membantu Anda | Jangan Lupa Like dan Tinggalkan Kritik dan Saran Anda Pada Kotak Pesan Disamping Kanan |

Tuesday 16 July 2013

Makalah Kerja Sama Tim


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah

Secara umum Evaluasi kinerja menjelaskan mengenai suatu proses umpan balik atas kinerja yang lalu dan mendorong adanya produktivitas di masa mendatang. Dalam era globalisasi telah menuntut adanya perubahan yang sangat cepat dan menyebabkan adanya pergeseran pemikiran yang kompleks di segala bidang. Untuk itu perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar dapat memenangkan persaingan, minimal untuk mempertahankan operasi perusahaan. Salah satu keunggulan kompetitif yang penting bagi perusahaan adalah karyawan perusahaan. Karyawan perusahaan merupakan penggerak operasi perusahaan, sehingga jika kinerja karyawan perusahaan baik, maka kinerja perusahaan juga akan meningkat.

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998 :15). Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

            Pengertian kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Kinerja para karyawan akan meningkat apabila mereka terlibat secara aktif dan ikut berpartisipasi dan menjadi bagian tim dalam proses kegiatan pada unit organisasi dimana mereka bekerja.
Dengan adanya partisipasi karyawan dalam proses kegiatan organisasi, hal ini akan meningkatkan kesadaran karyawan akan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dengan adanya partisipasi, karyawan tahu benar mengenai apa yang harus dikerjakan berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan.
Masalah kinerja bagi perusahaan adalah masalah yang sangat penting. Tanpa adanya kinerja yang baik tidak mungkin perusahaan dapat menghasilkan produk yang kompetitif. Peningkatan kinerja mempunyai implikasi yang positif bagi perusahaan itu sendiri, artinya perusahaan dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas produk yang optimal dengan harga bersaing. Selain itu juga, mempunyai implikasi yang positif terhadap kualitas kehidupan karyawan, karena memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas hidup karyawan. Kinerja karyawan akan meningkat bila didukung oleh penerapan sistem manajemen kinerja dan sistem pengembangan karir yang baik dan efektif serta penerapan kerjasama tim dan partisipasi karyawan. Untuk untuk mengetahui pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi dalam meningkatkan kinerja karyawan, makalah ini penulis mengambil tema :  “Kerjasama Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan “
B.        Identifikasi Masalah
           
            Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Karywan.
2.      Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peranserta /partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan.
3.      Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja. 
C.        Rumusan Masalah

Berdasarkan identifkasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan diuraikan dalam makalah ini sebagai berikut :
1.      Pengertian Kinerja, unsur-unsur dalam kinerja karyawan, evaluasi Kinerja.
2.      Pengertian Kerjasama Tim, Jenis Tim, Karakteristik Tim, Proses Tim dan Pengertian Partisipasi Karyawann.
3.      Pembahasan Kerjasama Tim dan Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan, yang meliputi : Model Efektifitas Tim Kerja, Ciri-ciri tim yang efektif, manajemen peranserta /partisipasi, hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peranserta, Manfaat manajemen peran serta, kiat mengimplementasikan manajemen peran serta, Elemen kriteria unjuk kerja dan Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja




BAB I
PEMBAHASAN

            Orang bisa mencapai sukses jika didukung dan mendukung orang lain. Intinya, sukses bisa diraih melalui kerja sama tim. Siapa pun yang telah mencapai sukses pasti menyadari hal ini. Tetapi, tentu saja tim yang dimaksud di sini bukanlah sembarang tim, tetapi tim yang efektif. Kerjasama tim seperti kemampuan yang harus terus diasah. Tidak ada artinya karyawan berkemampuan tinggi tetapi tidak bisa bekerja sama dalam tim. Dua hal tersebut seperti satu paket.
A.        Model Efektifitas Tim Kerja

            Efektifitas tim kerja didasarkan pada dua hasil – hasil produktif dan kepuasan pribadi. Kepuasan berkenaan dengan kemampuan tim untuk memenuhi kebutuhan pribadi para anggotanya dan kemudian mempertahankan keanggotaan serta komitmen mereka. Hasil produktif berkenaan dengan kualitas dan kuantitas hasil kerja seperti yang didefinisikan oleh tujuan – tujuan tim. Faktor – faktor yang mempengaruhi efektifitas tim yaitu konteks organisasional, struktur, strategi, lingkungan budaya, dan system penghargaan. Karakter tim yang penting adalah jenis, struktur, dan komposisi tim. Karakteristik – karakteristik tim ini mempengaruhi proses internal tim, yang kemudian mempengaruhi hasil dan kepuasan. Para pemimpin harus memahami dan mengatur tingkat – tingkat perkembangan, kekompakan, norma – norma, dan konflik supaya dapat membangun tim yang efektif.[1]
1. Ciri-Ciri Tim Yang EfektiF :

a.   Tujuan yang sama.
            Jika semua anggota tim mendayung ke arah yang sama, pasti kapal yang didayung akan lebih cepat sampai ke tempat tujuan, dari pada jika ada anggota tim yang mendayung ke arah yang berbeda, berlawanan, ataupun tidak mendayung sama sekali karena bingung ke arah mana harus mendayung. Jadi, pastikan bahwa tim memiliki tujuan dan semua anggota tim Anda tahu benar tujuan yang hendak dicapai bersama, sehingga mereka yakin ke arah mana harus mendayung.
b.   Antusiasme yang tinggi.
            Pendayung akan mendayung lebih cepat jika mereka memiliki antusiasme yang tinggi. Antusiasme tinggi bisa dibangkitkan jika kondisi kerja juga menyenangkan: anggota tim tidak merasa takut menyatakan pendapat, mereka juga diberi kesempatan untuk menunjukkan keahlian mereka dengan menjadi diri sendiri, sehingga kontribusi yang mereka berikan juga bisa optimal.
c.   Peran dan tanggung jawab yang jelas.
            Jika semua ingin menjadi pemimpin, maka tidak akan ada yang mendayung. Sebaliknya, jika semua ingin menjadi pendayung, maka akan terjadi kekacauan karena tidak ada yang memberi komando untuk kesamaan waktu dan arah mendayung. Intinya, setiap anggota tim harus mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing yang jelas. Tujuannya adalah agar mereka tahu kontribusi apa yang bisa mereka berikan untuk menunjang tercapainya tujuan bersama yang telah ditentukan sebelumnya.[2]
d.   Komunikasi yang efektif.
            Dalam proses meraih tujuan, harus ada komunikasi yang efektif antar-anggota tim. Strateginya: Jangan berasumsi. Artinya, jika Anda tidak yakin semua anggota tim tahu apa yang harus menjadi prioritas utama untuk diselesaikan, jangan berasumsi, tanyakan langsung kepada mereka dan berikan informasi yang mereka perlukan. Jika Anda tidak yakin bahwa tiap anggota tim tahu bagaimana melakukan ataupun menyelesaikan suatu tugas, jangan berasumsi mereka tahu, melainkan informasikan atau tujukanlah kepada mereka cara melakukannya. Komunikasi juga perlu dilakukan secara periodik untuk tujuan monitoring (misalnya: sudah seberapa jauh tugas diselesaikan) dan correcting (misalnya: apakah ada kesalahan yang perlu diperbaiki dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan).


e.   Resolusi Konflik.
            Peace is not the absence of conflict, but the presence of justice. Ini merupakan pendapat Martin Luther King. Rasanya hal ini berlaku pula pada pencapaian sebuah tujuan. Dalam mencapai tujuan mungkin saja ada konflik yang harus dihadapi. Tetapi konflik ini tidak harus menjadi sumber kehancuran tim. Sebaliknya, konflik ini yang dapat dikelola dengan baik bisa dijadikan senjata ampuh untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek yang berbeda sehingga bisa diperoleh cara baru, inovasi baru, ataupun perubahan yang memang diperlukan untuk melaju lebih cepat ke arah tujuan. Jika terjadi konflik, jangan didiamkan ataupun dihindari. Konflik yang tidak ditangani secara langsung akan menjadi seperti kanker yang menggerogoti semangat tim. Jadi, konflik yang ada perlu segera dikendalikan.
f.    Shared power.
            Jika ada anggota tim yang terlalu dominan, sehingga segala sesuatu dilakukan sendiri, atau sebaliknya, jika ada anggota tim yang terlalu banyak menganggur, maka pasti ada ketidakberesan dalam tim yang lambat laun akan membuat tim menjadi tidak efektif. Jadi, tiap anggota tim perlu diberikan kesempatan untuk menjadi ”pemimpin”, menunjukkan ”kekuasaannya” di bidang yang menjadi keahlian dan tanggung jawab mereka masing-masing. Sehingga mereka merasa ikut bertanggung jawab untuk kesuksesan tercapainya tujuan bersama.
g.   Keahlian.
            Bayangkan sebuah paduan suara dengan anggota memiliki satu jenis suara saja: sopran saja, tenor saja, alto saja, atau bas saja. Tentu suara yang dihasilkan akan monoton. Bandingkan dengan paduan suara yang memiliki anggota dengan berbagai jenis suara yang berbeda (sopran, alto, tenor dan bas). Paduan suara yang dihasilkan pasti akan lebih harmonis.
            Demikian pula dengan tim kerja. Tim yang terdiri dari anggota-anggota dengan berbagai keahlian yang saling menunjang akan lebih mudah bekerja sama mencapai tujuan. Berbagai keahlian yang berbeda tersebut dapat saling menunjang sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan. Anggota tim dengan keahlian yang berbeda juga bisa saling memperluas perspektif and memperkaya keahlian masing-masing Apresiasi. Tiap anggota yang telah berhasil melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik, atau telah memberikan kontribusi positif bagi keuntungan tim, pantas mendapat apresiasi. Tentu saja apresiasi yang diberikan dengan tulus akan lebih terasa dampaknya. Apresiasi bisa menambah semangat anggota tim yang bersangkutan untuk terus berprestasi. Apresiasi tidak harus diberikan dalam bentuk uang. ”Saya sangat menghargai ketulusan Anda membantu pelanggan memilih produk kita yang paling tepat untuknya,” merupakan satu bentuk apresiasi sederhana berupa kata-kata tulus.  Banyak bentuk apresiasi lain yang bisa diberikan, misalnya: promosi, bonus dalam berbagai bentuk (wisata keluarga yang dengan menggunakan fasilitas transportasi dan vila perusahaan, beasiswa bagi anak). Sikap dan pikiran positif. Dengan menggunakan kacamata hitam, dunia yang Anda lihat akan lebih redup. Dengan menggunakan kacamata kehijauan, dunia pun terlihat bernuansa hijau. Demikian pula dengan ”kacamata” sikap dan pikiran yang positif, dunia di sekitar Anda akan terlihat positif. Kesulitan pun akan terlihat lebih mudah diatasi, karena kesulitan bukanlah masalah yang harus dihindari, tetapi tantangan yang harus ditangani. Sikap dan pikiran yang positif merupakan modal utama sebuah tim.
h. Evaluasi.
            Bagaimana sebuah tim bisa mengetahui sudah sedekat apa mereka dari tujuan, jika mereka tidak menyediakan waktu sejenak untuk melakukan evaluasi? Evaluasi yang dilakukan secara periodik selama proses pencapaian tujuan masih berlangsung bisa membantu mendeteksi lebih dini penyimpangan yang terjadi, sehingga bisa segera diperbaiki. Evaluasi juga bisa dilakukan tidak sekadar untuk koreksi, tetapi untuk mencari cara yang lebih baik. Evaluasi bisa dilakukan dalam berbagai cara: observasi, riset pelanggan, riset karyawan, interview, evaluasi diri, evaluasi keluhan pelanggan yang masuk, atau sekedar polling pendapat pada saat meeting. Ingin sukses? Jangan lupa membantu anggota tim Anda untuk sukses. Jika mereka sukses, maka mereka pun akan menjadi tim sukses yang mendukung Anda

B.        Manajemen Peran Serta (Partisipative Management)

            Partisipasi dalam organisasi merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat, pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi tujuan organisasi. Partisipasi dalam proses peningkatan kinerja karyawan merupakan suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang.
Manfaat Penerapan partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan adalah :
·         Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan kerjasama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran.
·         Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan.
·         Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya diantara bagian-bagian organisasi.

Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidakmempunyai keterbatasan dan masalah yang berkaitan dengan partisipasi.
a.       Masalah Partisipasi
Sedangkan menurut (Siegel & Marcaroni, 1989 : 140 dalam Abriani, 1998), masalah yang berkaitan dengan partisipasi ada 3 hal.
·         Masalah pertama adalah adanya kemungkinan manajer membentuk budget slack, slack merupakan perbedaan (selisih) sumber daya yang sebenarnya diperlukan dalam proses yang efisien, dengan jumlah yang lebih besar yang ditambahkan pada kegiatan tersebut.
·         Masalah kedua adalah Pseudoparticipation (partisipasi semu), yakni tampak berpartisipasi tapi dalam kenyataannya tidak, artinya para manajer ini (sebagai bawahan) ikut berpartisipasi, tetapi tidak diberi wewenang atau pendapat untuk menentukan atau menetapkan tujuan organisasi.
·         Masalah ketiga adalah status dan pengaruh di dalam organisasi mengurangi efektifitas partisipasi. Hal ini disebabkan biasanya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar didalam proses penetapan sasaran.

            Dengan adanya partisipasi akan terjadi mekanisme pertukaran informasi, yang dalam hal ini masing-masing manajer akan memperoleh informasi tentang kerja. Informasi ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang tugas yang akan mereka lakukan. Tersedianya informasi yang berhubungan dengan tugas akan meningkatkan perencanaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu yang memiliki informasi yang berhubungan dengan tugas akan lebih keras dalam berusaha dan jauh lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas dibandingkan individu yang tidak memiliki informasi yang berhubungan dengan tugas.
            Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.
            Manajemen peran serta (partisipative management) adalah suatu pendekatan manajemen yang melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

            1.   Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peran serta

            Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peran serta sangat erat. Hubungan yang sangat erat ini melibatkan usaha kerja sama antara dua orang atau lebih, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keterlibatan secara aktif dari bawahan dengan menggunakan segala keahlian dan kreativitas mereka dalam memecahkan persoalan-persoalan manajemen yang penting. Pelaksanaan manajemen peran serta yang berdasarkan shared authority dari atasan dengan bawahannya tidak berarti atasan melimpahkan semua wewenangnya atau mengurangi wewenangnya dalam pengambilan keputusan melainkan menyertakan bawahan membuat keputusan dalam memecahkan persoalan manajeman yang penting.[3]

Untuk mencegah pelimpahan seluruh wewenang, maka atasan perlu :
  • menggariskan secara tegas dan jelas tugas-tugas dan fungsi-fungsi dari bawahan.
  • melimpahkan wewenang kepada bawahannya terbatas dalam kaitannya untuk melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya.
  • menggariskan dengan jelas tanggung jawab bawahannya atas penguunaan wewenang yang telah dilimpahkan kepadanya.
  • mendorong bawahan agar menerima pelimpahan wewenang dari atasannya dan melaksanakan tugas dan tanggung ajawab sebaik-baiknya.

Dari uraian diatas seorang atasan melaksanakan manajemen peran serta bila :
  • wewenang dan kekuasaan diemban bersama dengan anak buahnya dalam proses pengambilan keputusan.
  • bawahan terlibat secara aktrif dan membantu atasannya yang bertindak sebagai pemimpin kelompok dalam pengambilan keputusan.
  • bawahan memberikan input yang penting dan berharga dalam pengambilan keputusannya, sehingga keputusannya merupakan suatu tim manajemen.

Untuk dapat menetapkan pendekatan manajemen peran serta ini, para manajer harus:
·         memiliki kemampuan hubungan antar manusia.
·         mengerti dan memahami anak buahnya tentang sifat-sifatnya, pribadinya, wataknya dan kepentingan-kepentingannya.
·         mampu berkomunikasi dengan baik.
·         mampu mengatasi manajemen konflik dalam organisasinya
      harus mampu membuat kekuatan masing-masing anak buahnya sebagai modal dan             menghilangkan kelemahannya.
·         harus mampu mengkompromikan harapan-harapan dan kepentingan dari kelompok-kelompok dan organisasi sedemikian rupa sehingga dapat dipertemukan.
·         untuk meningkatkan mutu keputusan manajemen.
·         untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan manajer.
·         untuk meningkatkan semangat dan kepuasan kerja karyawan dan manajer.
·         memungkinkan organisasi lebih responsif/tanggap terhadap tuntutan lingkungan.


            2.         Manfaat Manajemen Peran Serta / Partisipatif

·         memungkinkan karyawan lebih mudah dalam menerima perubahan-perubahan manajemen peran serta menjadi salah satu kunci pendorong bagi organisasi dan menempatkan karyawan atau manajer pada kedudukan untuk bersikap “change oriented
·         menciptakan hubungan yang damai dan serasi antara manajer dengan bawahannya dan serikat pekerja
·         meningkatkan komitmen (keterkaitan) karyawan atau manajer pada organisasi
·         meningkatkan rasa percaya diri kepada manajemen
·         memudahkan pengelolaan bawahan
·         meningkatkan mutu komunikasi antara atasan dengan bawahan
·         meningkatkan kerja sama (team work)


            3.         Kiat Mengimplementasikan Manajemen Peran Serta
·         mengetahui lebih dulu tentang diri kita sendiri dan organisasi kita
·         mengadakan diagnosa hambatan dengan cara :
ü  mengidentifikasi hambatan tertentu pada masing-masing bidang
ü  menentukan mengapa hambatan itu terjadi atau ada
ü  menentukan tingkat atau kualitas hambatan tersebut
ü  menentukan kapan hambatan-hambatan tersebut dapat dihilangkan dengan biaya finansial dan psikologis
ü  menentukan bagaimana menghilangkan hambatannya
ü  menentukan peranan kita sebagai manajer dalam menghilangkan hambatannya
ü  menentukan bagaimana menghilangkan hambatannya
ü  menentukan peranan kita sebagai manajer dalam menghilangkan hambatnnya
Macam-macam hambatan :
a.         Hambatan yang Controlable, ialah hubungan dimana kita memiliki wewenang dan kekuasaan untuk menghilangkannya, seperti :
·         kurang cukupnya waktu yang dimiliki oleh seorang atasan terhadap bawahannya
·         kurangnya latihan-latihan yang dilaksanakan atau yang diperoleh bawahan
·         kurangnya keinginan atau hasrat dari bawahan untuk berpartisipasi

b.         Hambatan-hambatan yang kita dapat pengaruhi, untuk meniadakannya ialah :
·         atasan yang tidak tahu tentang manajemen peran serta
·         iklim organisasi yang tidak tahu tentang manajemen peran serta
·         atasan yang tidak mau mencari dan menyediakan waktu untuk mempraktekkan manajemen peran serta

c.         Hambatan yang kita dapat mempengaruhi sedikit sekali atau menguasai untuk menghilangkannya. Hambatan-hambatan tersebut berupa :
·         lingkungan eksternal organisasi
·         struktur organisasi
·         reputasi organisasi




4.         Elemen Kriteria Unjuk Kerja, meliputi :

a.  Memberikan partisipasi dalam perencanaan tim.
·         Manajer membantu tim menetapkan maksud, peranan, tanggung jawab dan pertanggung jawaban sesuai dengan tujuan, rencana dan sasaran organisasi
·         Manajer membantu tim memonitor dan mengatur kinerjanya dalam memperbaiki secara terus menerus kebijakan dan proses organisasi.
·         Manajer memberi semangat/dorongan tim untuk menggunakan kompetensi   setiap anggota terhadap manfaat tim dan individu.

b.  Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim.
·         Manajer membantu tim menggunakan proses  komunikasi secara terbuka untuk mendapat dan membagi informasi.
·         Tim membuat keputusan sesuai dengan peran dan tanggung jawab yang disetujui.
·         Manajer memberi dukungan tim untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

c.  Mengelola dan mengembangkan kinerja tim.
·         Hasil-hasil yang dicapai tim berkontribusi positip terhadap rencana bisnis organisasi
·         Manajer menyemangati/memberi dorongan tim untuk mengusahakan pembaruan/inovasi dan inisiatip.
·         Kompetensi tim dan individu dimonitor secara berkala untuk memastikan bahwa tim mampu mencapai tujuannya.
·         Anggota tim membagi dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.

d.. Memberikan partisipasi dan memfasilitasi kerja tim.
·         Anggota tim memberikan partisipasi aktip dalam kegiatan tim dan proses komunikasi.
·         Individu dan tim melakukan tanggung jawab secara individu dan bersama terhadap tindakannya.
·         Tim menerima dukungan untuk mengenali dan menyelesaikan permasalahan yang menghalangi kinerjanya.

C.        Pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi terhadap Kinerja Karyawan.
           
            Tim adalah sebuah sistem yang unik, yaitu setiap tim bagaikan sistem yang berbeda-beda. Tim merupakan kumpulan orang yaitu bagaikan komponen dalam satu sistem. Sedangkan partisipasi (peran serta) karyawan merupakan sebuah proses dimana individu mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program, dan lingkungan yang mempengaruhi mereka. Sehingga dengan peranserta karyawan dalam tim akan dapat meningkatkan kinerjanya.[4]     
           
            Dari penjelasan tentang kerjasama tim dan partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan, agar tim dapat lebih berhasil hendaklah tiap karyawan dapat memahami hal berikut ini :

1)      Proses pengenalan tuntas antar anggota tim.
2)      Proses pemahaman yang mendalam antar anggota dalam tim.
3)      Pembentukan ikatan hati sesama tim.
4)      Membangun perasaan sehidup semati atau senasib sepenanggungan dalam tim.
5)      Strategi mengatur satu tim efektif.
6)      Kinerja tim efektif.
7)      Komponen anggota tim yang efektif.
8)      Membangun tim yang efektif dan produktif.
9)      Motivasi dalam tim.
10)  Pemanfaatan kekuatan individu dalam tim.
11)  Menentukan target, program dan tujuan bersama.
12)  Kepemimpinan dalam tim.
13)  Membangun norma dan aturan main tim.
14)  Membangun komunikasi dan hubungan antar tim.
15)  Membangun pengaruh kepada anggota tim.
16)  Mengelola konflik dalm tim.
17)  Proses kreatif dalam tim.
18)  Proses pengambilan keputusan : konsensus, kebersamaan, dan efektivitas-efisiensi.
19)  Pertemuan dan rapat tim.
20)  Membangun hubungan sosial intern atau antartim.[5]

D.        Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja.

            Ada sepuluh karakteristik yang diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan kinerja secara luar biasa dan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.
1.         Prinsip, Tujuan dan Sasaran

            Tim efektif sangat dipengaruhi adanya prinsip, tujuan, dan sasaran yang jelas, sehingga secara sadar anggota tim disatukan oleh kebersamaan misi dan membangun komitmen bersama. Semua anggota tim mengerti dan menyetujui tujuan serta sasaran tim.
2.         Keterbukaan dan Konfrontasi

            Tim efektif sangat dipengaruhi adanya keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota tim. Semua anggota mendapatkan informasi yang sama dari akses yang sama pula, serta dapat berkomunikasi dengan lancar dan jelas. Anggota tim bebas untuk mengeluarkan ide-idenya. Eksperimen dan kreativitas selalu digiatkan, anggota lainnya wajib untuk menolong anggota bersangkutan, jika memang ide tersebut logis dan berguna.

3.         Dukungan dan Kepercayaan.

            Tim efektif sangat dipengaruhi adanya dukungna dan kepercayaan antar seluruh anggota tim dengan baik. Pemimpin tidak akan dapat menyelesaikan program dan kegiatan sendiri. Dukungan dan kepercayaan anggota tim sangat diperlukan.

4.         Kerjasama, Komunikasi dan Konflik.

            Tim efektif sangat dipengaruhi adanya kerjasama, komunikasi dan konflik. Komunikasi adalah link antar sesama anggota kelompok, sehingga keberadaanya sangat penting. Kemampuan menggunakan komunikasi yang efektif dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang ada. Harus mampu membuat konflik yang tidak merusak keutuhan tim. Konflik yang terjadi dapat diselesaikan dengan jalan konsensus, bersifat konstruktif, dan menerapkan pendekatan menang-menang (win-win approach).


5.         Prosedur kerja dan keputusan yang layak

            Tim akan efektif mencapai tujuan, ketika anggota selalu mendukung keputusan serta menjalankan prosedur dan pengawasan yang dibuat bersama-sama. Dalam tim diperlukan pemahaman peran, tanggung jawab, dan keterbatasan otoritas masing-masing.

6.         Kepemimpinan yang layak.

            Kepemimpinan diri (personal leadership) adalah yang lebih utama, dibanding menuntut pemimpin formal yang qualified dalam kelompok. Tim perlu menyediakan pemimpin yang dilandasi prinsip yang kuat dan mencukupi kebutuhan.

7.         Review Kerja dan Program secara Reguler.

            Tim yang efektif harus selalu mengevaluasi fungsi dan proses yang sudah dilakukan secara reguler. Tim efektif mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan baik.

8.         Pengembangan Individu.

            Tim akan bekerja efektif jika selalu mengelola peningkatan penghargaan individu. Kegiatan tim tidak hanya fokus pada hasil tetapi juga pada proses dan isi.

9.         Hubungan antar kelompok (sosial).

            Tim akan efektif jika memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan, baik dengan para atasan (melobi), dengan tim lain (sosialisasi dan share) serta lingkungan perusahaan (adaptasi). Kurang kerja sama dengan kelompok lain akan menyebabkan kerja samanya kurang menggairahkan.

10.       Ikatan hati secara sinergi.

            Tim akan efektif jika sesama anggotanya memiliki ikatan hati dengan baik, bahkan secara sinergi mempunyai tanggung jawab moral untuk saling menasihati dan mencapai keberhasilan bersama. Dimasa depan, tim memiliki tumpuan utama pada kredibilitas moral anggotanya.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan makalah tentang “Kerjasama Tim dan Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan”, maka pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan berdasarkan hasil kajian pustaka dan teori yang telah dilakukan di bab terdahulu dalam laporan ini.

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1)      Kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Kinerja para karyawan akan meningkat apabila mereka terlibat secara aktif dan ikut berpartisipasi dan menjadi bagian tim dalam proses kegiatan pada unit organisasi dimana mereka bekerja.
2)      Evaluasi kinerja berfungsi untuk : (a) mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan kinerja suatu organisasi;  dan (b) memberikan masukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.    Melalui evaluasi kinerja dapat diketahui apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan misi dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.
3)      Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
4)      Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.
5)      Ada sepuluh karakteristik yang diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan kinerja secara luar biasa dan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.
·         Prinsip, Tujuan dan Sasaran
·         Keterbukaan dan Konfrontasi
·         Dukungan dan Kepercayaan
·         Kerjasama, Komunikasi dan Konflik
·         Prosedur kerja dan keputusan yang layak
·         Kepemimpinan yang layak
·         Review Kerja dan Program secara Reguler.
·         Pengembangan Individu.
·         Hubungan antar kelompok (sosial).
·         Ikatan hati secara sinergi.
6)      Kerja sama tim dan partisipasi karyawan yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus terlibat dalam pengambilan keputusan merupakan kemampuan yang harus terus diasah dan masih terdapat ruang untuk perbaikan. Tidak ada artinya karyawan berkemampuan tinggi tetapi tidak bisa bekerja sama dalam tim dan terlibat aktif dalam berpartisipasi di kegiatan organisasi.
B. Saran.

Dari pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis sampaikan, penulis mencoba memberikan beberapa saran :

a.       Dalam upaya untuk peningkatan kinerja karyawan maka perlu kerjasama tim dan partisipasi dari karyawan. Untuk membangun tim yang baik, maka perlu ada ikatan hati antar anggotanya dengan akidah dan nilai-nilai transendental, sehingga sangat penting membangun visi dan misi bersama dalam tim.
b.      Banyak organisasi gagal karena dikelola secara berlebihan namun kurang dipimpin. Karena pemimpin merupakan faktor yang penting dalam membangun tim. Pemimpin yang sukses membangun orang dan tim mempunyai ciri-ciri sbb: karisma, kepedulian, komitmen, kejelasan, komunikator, konsisten, kreatif, kompeten, keberanian dan kenekatan.
c.       Makalah ini ini diharapkan dapat dijadikan litelatur akademik dan mendorong dan memperkaya pustaka tentang matakuliah Evaluasi Kinerja.


DAFTAR PUSTAKA

Yun Iswanto, 2002. Buku Materi Pokok, Manajemen SDM, Jakarta : BPK-Pusat Penerbitan UT.

Cushway, Manajemen Sumber Daya Manusia (Perencanaan, Analysis, Kinerja,    Penghargaan), PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 1996.

Niken Safitri, Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja     dan Kinerja Karyawan : Job Relevant Information (JRI) Sebagai Variabel Antara,         Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006

Purwoto Wanasentana, DR, Materi Kuliah Evaluasi Kinerja, Program Pascasarjana, Magister     Manajemen, Universitas Krisnadwipayana

B.S. Wibowo, dkk. (2002). ”Trustco SHOOT : Sharpening, Our Concept and Tools” PT. Syaamil Cipta Media, Jakarta



[1] Niken Safitri, Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja    dan Kinerja Karyawan : Job Relevant Information (JRI) Sebagai Variabel Antara,                 Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006

[3] Purwoto Wanasentana, DR, Materi Kuliah Evaluasi Kinerja, Program Pascasarjana, Magister    Manajemen,Universitas Krisnadwipayana

[4] B.S. Wibowo, dkk. (2002). ”Trustco SHOOT : Sharpening, Our Concept and Tools” PT. Syaamil Cipta Media, Jakarta

re

1 comments: