BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara
umum Evaluasi kinerja menjelaskan mengenai suatu proses umpan balik atas
kinerja yang lalu dan mendorong adanya produktivitas di masa mendatang. Dalam
era globalisasi telah menuntut adanya perubahan yang sangat cepat dan
menyebabkan adanya pergeseran pemikiran yang kompleks di segala bidang. Untuk
itu perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar
dapat memenangkan persaingan, minimal untuk mempertahankan operasi perusahaan.
Salah satu keunggulan kompetitif yang penting bagi perusahaan adalah karyawan
perusahaan. Karyawan perusahaan merupakan penggerak operasi perusahaan,
sehingga jika kinerja karyawan perusahaan baik, maka kinerja perusahaan juga
akan meningkat.
Kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong
dan Baron, 1998 :15). Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan
pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah
tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya.
Pengertian
kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan
keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Kinerja para karyawan
akan meningkat apabila mereka terlibat secara aktif dan ikut berpartisipasi dan
menjadi bagian tim dalam proses kegiatan pada unit organisasi dimana mereka
bekerja.
Dengan
adanya partisipasi karyawan dalam proses kegiatan organisasi, hal ini akan
meningkatkan kesadaran karyawan akan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya. Dengan adanya partisipasi, karyawan tahu benar mengenai apa yang
harus dikerjakan berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan.
Masalah
kinerja bagi perusahaan adalah masalah yang sangat penting. Tanpa adanya
kinerja yang baik tidak mungkin perusahaan dapat menghasilkan produk yang
kompetitif. Peningkatan kinerja mempunyai implikasi yang positif bagi
perusahaan itu sendiri, artinya perusahaan dapat menghasilkan kuantitas dan
kualitas produk yang optimal dengan harga bersaing. Selain itu juga, mempunyai
implikasi yang positif terhadap kualitas kehidupan karyawan, karena memberikan
sumbangan terhadap peningkatan kualitas hidup karyawan. Kinerja karyawan akan
meningkat bila didukung oleh penerapan sistem manajemen kinerja dan sistem
pengembangan karir yang baik dan efektif serta penerapan kerjasama tim dan
partisipasi karyawan. Untuk untuk mengetahui pengaruh Kerjasama Tim dan
Partisipasi dalam meningkatkan kinerja karyawan, makalah ini penulis mengambil
tema : “Kerjasama Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja
Karyawan “
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Kerjasama Tim dan
Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Karywan.
2. Hubungan antara kepemimpinan
dengan manajemen peranserta /partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan.
3. Karakteristik teamwork dan partisipasi
efektif dalam meningkatkan kinerja.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifkasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan diuraikan
dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Pengertian Kinerja, unsur-unsur
dalam kinerja karyawan, evaluasi Kinerja.
2. Pengertian Kerjasama Tim, Jenis
Tim, Karakteristik Tim, Proses Tim dan Pengertian Partisipasi Karyawann.
3. Pembahasan Kerjasama Tim dan
Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan, yang meliputi : Model Efektifitas Tim
Kerja, Ciri-ciri tim yang efektif, manajemen peranserta /partisipasi, hubungan
antara kepemimpinan dengan manajemen peranserta, Manfaat manajemen peran serta,
kiat mengimplementasikan manajemen peran serta, Elemen kriteria unjuk kerja dan
Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja
BAB I
PEMBAHASAN
Orang
bisa mencapai sukses jika didukung dan mendukung orang lain. Intinya, sukses
bisa diraih melalui kerja sama tim. Siapa pun yang telah mencapai sukses pasti
menyadari hal ini. Tetapi, tentu saja tim yang dimaksud di sini bukanlah
sembarang tim, tetapi tim yang efektif. Kerjasama tim seperti kemampuan yang
harus terus diasah. Tidak ada artinya karyawan berkemampuan tinggi tetapi tidak
bisa bekerja sama dalam tim. Dua hal tersebut seperti satu paket.
A. Model
Efektifitas Tim Kerja
Efektifitas
tim kerja didasarkan pada dua hasil – hasil produktif dan kepuasan pribadi.
Kepuasan berkenaan dengan kemampuan tim untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
anggotanya dan kemudian mempertahankan keanggotaan serta komitmen mereka. Hasil
produktif berkenaan dengan kualitas dan kuantitas hasil kerja seperti yang
didefinisikan oleh tujuan – tujuan tim. Faktor – faktor yang mempengaruhi
efektifitas tim yaitu konteks organisasional, struktur, strategi, lingkungan
budaya, dan system penghargaan. Karakter tim yang penting adalah jenis,
struktur, dan komposisi tim. Karakteristik – karakteristik tim ini mempengaruhi
proses internal tim, yang kemudian mempengaruhi hasil dan kepuasan. Para
pemimpin harus memahami dan mengatur tingkat – tingkat perkembangan,
kekompakan, norma – norma, dan konflik supaya dapat membangun tim yang efektif.[1]
1.
Ciri-Ciri Tim Yang EfektiF :
a. Tujuan yang sama.
Jika
semua anggota tim mendayung ke arah yang sama, pasti kapal yang didayung akan
lebih cepat sampai ke tempat tujuan, dari pada jika ada anggota tim yang
mendayung ke arah yang berbeda, berlawanan, ataupun tidak mendayung sama sekali
karena bingung ke arah mana harus mendayung. Jadi, pastikan bahwa tim memiliki
tujuan dan semua anggota tim Anda tahu benar tujuan yang hendak dicapai
bersama, sehingga mereka yakin ke arah mana harus mendayung.
b. Antusiasme yang tinggi.
Pendayung
akan mendayung lebih cepat jika mereka memiliki antusiasme yang tinggi.
Antusiasme tinggi bisa dibangkitkan jika kondisi kerja juga menyenangkan:
anggota tim tidak merasa takut menyatakan pendapat, mereka juga diberi
kesempatan untuk menunjukkan keahlian mereka dengan menjadi diri sendiri,
sehingga kontribusi yang mereka berikan juga bisa optimal.
c. Peran dan tanggung
jawab yang jelas.
Jika
semua ingin menjadi pemimpin, maka tidak akan ada yang mendayung. Sebaliknya,
jika semua ingin menjadi pendayung, maka akan terjadi kekacauan karena tidak
ada yang memberi komando untuk kesamaan waktu dan arah mendayung. Intinya,
setiap anggota tim harus mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing yang
jelas. Tujuannya adalah agar mereka tahu kontribusi apa yang bisa mereka
berikan untuk menunjang tercapainya tujuan bersama yang telah ditentukan
sebelumnya.[2]
d. Komunikasi yang
efektif.
Dalam
proses meraih tujuan, harus ada komunikasi yang efektif antar-anggota tim.
Strateginya: Jangan berasumsi. Artinya, jika Anda tidak yakin semua anggota tim
tahu apa yang harus menjadi prioritas utama untuk diselesaikan, jangan berasumsi,
tanyakan langsung kepada mereka dan berikan informasi yang mereka perlukan.
Jika Anda tidak yakin bahwa tiap anggota tim tahu bagaimana melakukan ataupun
menyelesaikan suatu tugas, jangan berasumsi mereka tahu, melainkan informasikan
atau tujukanlah kepada mereka cara melakukannya. Komunikasi juga perlu
dilakukan secara periodik untuk tujuan monitoring (misalnya: sudah seberapa
jauh tugas diselesaikan) dan correcting (misalnya: apakah ada kesalahan yang
perlu diperbaiki dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan).
e. Resolusi Konflik.
Peace
is not the absence of conflict, but the presence of justice. Ini merupakan
pendapat Martin Luther King. Rasanya hal ini berlaku pula pada pencapaian
sebuah tujuan. Dalam mencapai tujuan mungkin saja ada konflik yang harus
dihadapi. Tetapi konflik ini tidak harus menjadi sumber kehancuran tim.
Sebaliknya, konflik ini yang dapat dikelola dengan baik bisa dijadikan senjata
ampuh untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek yang berbeda sehingga bisa
diperoleh cara baru, inovasi baru, ataupun perubahan yang memang diperlukan
untuk melaju lebih cepat ke arah tujuan. Jika terjadi konflik, jangan didiamkan
ataupun dihindari. Konflik yang tidak ditangani secara langsung akan menjadi
seperti kanker yang menggerogoti semangat tim. Jadi, konflik yang ada perlu
segera dikendalikan.
f. Shared power.
Jika
ada anggota tim yang terlalu dominan, sehingga segala sesuatu dilakukan
sendiri, atau sebaliknya, jika ada anggota tim yang terlalu banyak menganggur,
maka pasti ada ketidakberesan dalam tim yang lambat laun akan membuat tim
menjadi tidak efektif. Jadi, tiap anggota tim perlu diberikan kesempatan untuk
menjadi ”pemimpin”, menunjukkan ”kekuasaannya” di bidang yang menjadi keahlian
dan tanggung jawab mereka masing-masing. Sehingga mereka merasa ikut
bertanggung jawab untuk kesuksesan tercapainya tujuan bersama.
g. Keahlian.
Bayangkan
sebuah paduan suara dengan anggota memiliki satu jenis suara saja: sopran saja,
tenor saja, alto saja, atau bas saja. Tentu suara yang dihasilkan akan monoton.
Bandingkan dengan paduan suara yang memiliki anggota dengan berbagai jenis
suara yang berbeda (sopran, alto, tenor dan bas). Paduan suara yang dihasilkan
pasti akan lebih harmonis.
Demikian
pula dengan tim kerja. Tim yang terdiri dari anggota-anggota dengan berbagai
keahlian yang saling menunjang akan lebih mudah bekerja sama mencapai tujuan.
Berbagai keahlian yang berbeda tersebut dapat saling menunjang sehingga
pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan. Anggota tim dengan
keahlian yang berbeda juga bisa saling memperluas perspektif and memperkaya
keahlian masing-masing Apresiasi. Tiap anggota yang telah berhasil melakukan
apa yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik, atau telah memberikan
kontribusi positif bagi keuntungan tim, pantas mendapat apresiasi. Tentu saja
apresiasi yang diberikan dengan tulus akan lebih terasa dampaknya. Apresiasi
bisa menambah semangat anggota tim yang bersangkutan untuk terus berprestasi.
Apresiasi tidak harus diberikan dalam bentuk uang. ”Saya sangat menghargai
ketulusan Anda membantu pelanggan memilih produk kita yang paling tepat
untuknya,” merupakan satu bentuk apresiasi sederhana berupa kata-kata
tulus. Banyak bentuk apresiasi lain yang bisa diberikan, misalnya:
promosi, bonus dalam berbagai bentuk (wisata keluarga yang dengan menggunakan
fasilitas transportasi dan vila perusahaan, beasiswa bagi anak). Sikap dan
pikiran positif. Dengan menggunakan kacamata hitam, dunia yang Anda lihat akan
lebih redup. Dengan menggunakan kacamata kehijauan, dunia pun terlihat
bernuansa hijau. Demikian pula dengan ”kacamata” sikap dan pikiran yang
positif, dunia di sekitar Anda akan terlihat positif. Kesulitan pun akan
terlihat lebih mudah diatasi, karena kesulitan bukanlah masalah yang harus
dihindari, tetapi tantangan yang harus ditangani. Sikap dan pikiran yang
positif merupakan modal utama sebuah tim.
h. Evaluasi.
Bagaimana sebuah tim bisa mengetahui
sudah sedekat apa mereka dari tujuan, jika mereka tidak menyediakan waktu
sejenak untuk melakukan evaluasi? Evaluasi yang dilakukan secara periodik
selama proses pencapaian tujuan masih berlangsung bisa membantu mendeteksi
lebih dini penyimpangan yang terjadi, sehingga bisa segera diperbaiki. Evaluasi
juga bisa dilakukan tidak sekadar untuk koreksi, tetapi untuk mencari cara yang
lebih baik. Evaluasi bisa dilakukan dalam berbagai cara: observasi, riset
pelanggan, riset karyawan, interview, evaluasi diri, evaluasi keluhan pelanggan
yang masuk, atau sekedar polling pendapat pada saat meeting. Ingin sukses?
Jangan lupa membantu anggota tim Anda untuk sukses. Jika mereka sukses, maka
mereka pun akan menjadi tim sukses yang mendukung Anda
B. Manajemen Peran Serta (Partisipative Management)
Partisipasi dalam organisasi
merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat, pertimbangan dan
usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi tujuan
organisasi. Partisipasi dalam proses peningkatan kinerja karyawan merupakan
suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok
atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang.
Manfaat Penerapan partisipasi
dalam peningkatan kinerja karyawan adalah :
·
Partisipasi
akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan
kerjasama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran.
·
Partisipasi
dapat mengurangi rasa tertekan.
·
Partisipasi
dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya diantara
bagian-bagian organisasi.
Meskipun
partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidakmempunyai
keterbatasan dan masalah yang berkaitan dengan partisipasi.
a. Masalah Partisipasi
Sedangkan menurut (Siegel &
Marcaroni, 1989 : 140 dalam Abriani, 1998), masalah yang berkaitan dengan
partisipasi ada 3 hal.
·
Masalah
pertama adalah adanya kemungkinan
manajer membentuk budget slack, slack merupakan perbedaan
(selisih) sumber daya yang sebenarnya diperlukan dalam proses yang efisien,
dengan jumlah yang lebih besar yang ditambahkan pada kegiatan tersebut.
·
Masalah
kedua adalah Pseudoparticipation (partisipasi
semu), yakni tampak berpartisipasi tapi dalam kenyataannya tidak, artinya para
manajer ini (sebagai bawahan) ikut berpartisipasi, tetapi tidak diberi wewenang
atau pendapat untuk menentukan atau menetapkan tujuan organisasi.
·
Masalah
ketiga adalah status dan pengaruh
di dalam organisasi mengurangi efektifitas partisipasi. Hal ini disebabkan
biasanya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi akan mempunyai
pengaruh yang lebih besar didalam proses penetapan sasaran.
Dengan
adanya partisipasi akan terjadi mekanisme pertukaran informasi, yang dalam hal
ini masing-masing manajer akan memperoleh informasi tentang kerja. Informasi
ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang tugas yang akan mereka
lakukan. Tersedianya informasi yang berhubungan dengan tugas akan meningkatkan
perencanaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu yang memiliki
informasi yang berhubungan dengan tugas akan lebih keras dalam berusaha dan
jauh lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas dibandingkan individu yang tidak
memiliki informasi yang berhubungan dengan tugas.
Manajemen
kinerja adalah proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam
kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini
meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas pemahaman mengenai pekerjaan
yang akan dilakukan.
Manajemen peran serta (partisipative
management) adalah suatu pendekatan manajemen yang melibatkan bawahan dalam
proses pengambilan keputusan.
1. Hubungan antara kepemimpinan
dengan manajemen peran serta
Hubungan antara kepemimpinan dengan
manajemen peran serta sangat erat. Hubungan yang sangat erat ini melibatkan
usaha kerja sama antara dua orang atau lebih, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Keterlibatan secara aktif dari bawahan dengan menggunakan segala
keahlian dan kreativitas mereka dalam memecahkan persoalan-persoalan manajemen
yang penting. Pelaksanaan manajemen peran serta yang berdasarkan shared
authority dari atasan dengan bawahannya tidak berarti atasan
melimpahkan semua wewenangnya atau mengurangi wewenangnya dalam pengambilan
keputusan melainkan menyertakan bawahan membuat keputusan dalam memecahkan
persoalan manajeman yang penting.[3]
Untuk mencegah
pelimpahan seluruh wewenang, maka atasan perlu :
- menggariskan secara tegas dan jelas tugas-tugas dan fungsi-fungsi dari bawahan.
- melimpahkan wewenang kepada bawahannya terbatas dalam kaitannya untuk melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya.
- menggariskan dengan jelas tanggung jawab bawahannya atas penguunaan wewenang yang telah dilimpahkan kepadanya.
- mendorong bawahan agar menerima pelimpahan wewenang dari atasannya dan melaksanakan tugas dan tanggung ajawab sebaik-baiknya.
Dari
uraian diatas seorang atasan melaksanakan manajemen peran serta bila
:
- wewenang dan kekuasaan diemban bersama dengan anak buahnya dalam proses pengambilan keputusan.
- bawahan terlibat secara aktrif dan membantu atasannya yang bertindak sebagai pemimpin kelompok dalam pengambilan keputusan.
- bawahan memberikan input yang penting dan berharga dalam pengambilan keputusannya, sehingga keputusannya merupakan suatu tim manajemen.
Untuk dapat menetapkan pendekatan
manajemen peran serta ini, para manajer harus:
·
memiliki
kemampuan hubungan antar manusia.
·
mengerti
dan memahami anak buahnya tentang sifat-sifatnya, pribadinya, wataknya dan
kepentingan-kepentingannya.
·
mampu
berkomunikasi dengan baik.
·
mampu
mengatasi manajemen konflik dalam organisasinya
harus
mampu membuat kekuatan masing-masing anak buahnya sebagai modal dan menghilangkan kelemahannya.
·
harus
mampu mengkompromikan harapan-harapan dan kepentingan dari kelompok-kelompok
dan organisasi sedemikian rupa sehingga dapat dipertemukan.
·
untuk
meningkatkan mutu keputusan manajemen.
·
untuk
meningkatkan produktivitas karyawan dan manajer.
·
untuk
meningkatkan semangat dan kepuasan kerja karyawan dan manajer.
·
memungkinkan
organisasi lebih responsif/tanggap terhadap tuntutan lingkungan.
2. Manfaat
Manajemen Peran Serta / Partisipatif
·
memungkinkan
karyawan lebih mudah dalam menerima perubahan-perubahan manajemen peran serta
menjadi salah satu kunci pendorong bagi organisasi dan menempatkan karyawan
atau manajer pada kedudukan untuk bersikap “change oriented”
·
menciptakan
hubungan yang damai dan serasi antara manajer dengan bawahannya dan serikat
pekerja
·
meningkatkan
komitmen (keterkaitan) karyawan atau manajer pada organisasi
·
meningkatkan
rasa percaya diri kepada manajemen
·
memudahkan
pengelolaan bawahan
·
meningkatkan
mutu komunikasi antara atasan dengan bawahan
·
meningkatkan
kerja sama (team work)
3. Kiat
Mengimplementasikan Manajemen Peran Serta
·
mengetahui
lebih dulu tentang diri kita sendiri dan organisasi kita
·
mengadakan
diagnosa hambatan dengan cara :
ü mengidentifikasi hambatan
tertentu pada masing-masing bidang
ü menentukan mengapa hambatan itu
terjadi atau ada
ü menentukan tingkat atau kualitas
hambatan tersebut
ü menentukan kapan
hambatan-hambatan tersebut dapat dihilangkan dengan biaya finansial dan
psikologis
ü menentukan bagaimana
menghilangkan hambatannya
ü menentukan peranan kita sebagai
manajer dalam menghilangkan hambatannya
ü menentukan bagaimana
menghilangkan hambatannya
ü menentukan peranan kita sebagai
manajer dalam menghilangkan hambatnnya
Macam-macam hambatan :
a. Hambatan yang Controlable,
ialah hubungan dimana kita memiliki wewenang dan kekuasaan untuk
menghilangkannya, seperti :
·
kurang
cukupnya waktu yang dimiliki oleh seorang atasan terhadap bawahannya
·
kurangnya
latihan-latihan yang dilaksanakan atau yang diperoleh bawahan
·
kurangnya
keinginan atau hasrat dari bawahan untuk berpartisipasi
b. Hambatan-hambatan yang kita dapat
pengaruhi, untuk meniadakannya ialah :
·
atasan
yang tidak tahu tentang manajemen peran serta
·
iklim
organisasi yang tidak tahu tentang manajemen peran serta
·
atasan
yang tidak mau mencari dan menyediakan waktu untuk mempraktekkan manajemen
peran serta
c. Hambatan yang kita dapat mempengaruhi
sedikit sekali atau menguasai untuk menghilangkannya. Hambatan-hambatan
tersebut berupa :
·
lingkungan
eksternal organisasi
·
struktur
organisasi
·
reputasi
organisasi
4. Elemen Kriteria Unjuk Kerja,
meliputi :
a.
Memberikan partisipasi dalam perencanaan tim.
·
Manajer
membantu tim menetapkan maksud, peranan, tanggung jawab dan pertanggung jawaban
sesuai dengan tujuan, rencana dan sasaran organisasi
·
Manajer
membantu tim memonitor dan mengatur kinerjanya dalam memperbaiki secara terus
menerus kebijakan dan proses organisasi.
·
Manajer
memberi semangat/dorongan tim untuk menggunakan kompetensi setiap
anggota terhadap manfaat tim dan individu.
b. Mengembangkan komitmen
dan kerjasama tim.
·
Manajer
membantu tim menggunakan proses komunikasi secara terbuka untuk mendapat
dan membagi informasi.
·
Tim
membuat keputusan sesuai dengan peran dan tanggung jawab yang disetujui.
·
Manajer
memberi dukungan tim untuk mengembangkan hubungan timbal balik.
c. Mengelola dan
mengembangkan kinerja tim.
·
Hasil-hasil
yang dicapai tim berkontribusi positip terhadap rencana bisnis organisasi
·
Manajer
menyemangati/memberi dorongan tim untuk mengusahakan pembaruan/inovasi dan
inisiatip.
·
Kompetensi
tim dan individu dimonitor secara berkala untuk memastikan bahwa tim mampu
mencapai tujuannya.
·
Anggota
tim membagi dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
d.. Memberikan partisipasi dan
memfasilitasi kerja tim.
·
Anggota
tim memberikan partisipasi aktip dalam kegiatan tim dan proses komunikasi.
·
Individu
dan tim melakukan tanggung jawab secara individu dan bersama
terhadap tindakannya.
·
Tim
menerima dukungan untuk mengenali dan menyelesaikan permasalahan yang
menghalangi kinerjanya.
C. Pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi
terhadap Kinerja Karyawan.
Tim adalah sebuah sistem yang unik,
yaitu setiap tim bagaikan sistem yang berbeda-beda. Tim merupakan kumpulan
orang yaitu bagaikan komponen dalam satu sistem. Sedangkan partisipasi (peran
serta) karyawan merupakan sebuah proses dimana individu mengambil bagian dalam
pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program, dan lingkungan yang
mempengaruhi mereka. Sehingga dengan peranserta karyawan dalam tim akan dapat
meningkatkan kinerjanya.[4]
Dari penjelasan tentang kerjasama
tim dan partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan, agar tim dapat lebih
berhasil hendaklah tiap karyawan dapat memahami hal berikut ini :
1) Proses pengenalan tuntas antar
anggota tim.
2) Proses pemahaman yang mendalam
antar anggota dalam tim.
3) Pembentukan ikatan hati sesama
tim.
4) Membangun perasaan sehidup semati
atau senasib sepenanggungan dalam tim.
5) Strategi mengatur satu tim
efektif.
6) Kinerja tim efektif.
7) Komponen anggota tim yang
efektif.
8) Membangun tim yang efektif dan
produktif.
9) Motivasi dalam tim.
10) Pemanfaatan kekuatan individu
dalam tim.
11) Menentukan target, program dan
tujuan bersama.
12) Kepemimpinan dalam tim.
13) Membangun norma dan aturan main
tim.
14) Membangun komunikasi dan hubungan
antar tim.
15) Membangun pengaruh kepada anggota
tim.
16) Mengelola konflik dalm tim.
17) Proses kreatif dalam tim.
18) Proses pengambilan keputusan :
konsensus, kebersamaan, dan efektivitas-efisiensi.
19) Pertemuan dan rapat tim.
20) Membangun hubungan sosial intern
atau antartim.[5]
D. Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif
dalam meningkatkan kinerja.
Ada
sepuluh karakteristik yang diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan
kinerja secara luar biasa dan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.
1. Prinsip, Tujuan dan Sasaran
Tim efektif sangat dipengaruhi adanya
prinsip, tujuan, dan sasaran yang jelas, sehingga secara sadar anggota tim
disatukan oleh kebersamaan misi dan membangun komitmen bersama. Semua anggota
tim mengerti dan menyetujui tujuan serta sasaran tim.
2. Keterbukaan dan Konfrontasi
Tim efektif sangat dipengaruhi
adanya keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota tim. Semua anggota
mendapatkan informasi yang sama dari akses yang sama pula, serta dapat
berkomunikasi dengan lancar dan jelas. Anggota tim bebas untuk mengeluarkan
ide-idenya. Eksperimen dan kreativitas selalu digiatkan, anggota lainnya wajib
untuk menolong anggota bersangkutan, jika memang ide tersebut logis dan
berguna.
3. Dukungan dan Kepercayaan.
Tim efektif sangat dipengaruhi
adanya dukungna dan kepercayaan antar seluruh anggota tim dengan baik. Pemimpin
tidak akan dapat menyelesaikan program dan kegiatan sendiri. Dukungan dan
kepercayaan anggota tim sangat diperlukan.
4.
Kerjasama, Komunikasi dan Konflik.
Tim efektif sangat dipengaruhi
adanya kerjasama, komunikasi dan konflik. Komunikasi adalah link antar sesama
anggota kelompok, sehingga keberadaanya sangat penting. Kemampuan menggunakan
komunikasi yang efektif dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang ada. Harus
mampu membuat konflik yang tidak merusak keutuhan tim. Konflik yang terjadi
dapat diselesaikan dengan jalan konsensus, bersifat konstruktif, dan menerapkan
pendekatan menang-menang (win-win approach).
5. Prosedur kerja dan keputusan yang layak
Tim akan efektif mencapai tujuan,
ketika anggota selalu mendukung keputusan serta menjalankan prosedur dan
pengawasan yang dibuat bersama-sama. Dalam tim diperlukan pemahaman peran,
tanggung jawab, dan keterbatasan otoritas masing-masing.
6. Kepemimpinan yang layak.
Kepemimpinan diri (personal
leadership) adalah yang lebih utama, dibanding menuntut pemimpin formal yang
qualified dalam kelompok. Tim perlu menyediakan pemimpin yang dilandasi prinsip
yang kuat dan mencukupi kebutuhan.
7. Review Kerja dan Program secara
Reguler.
Tim yang efektif harus selalu mengevaluasi
fungsi dan proses yang sudah dilakukan secara reguler. Tim efektif mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan baik.
8. Pengembangan Individu.
Tim akan bekerja efektif jika selalu
mengelola peningkatan penghargaan individu. Kegiatan tim tidak hanya fokus pada
hasil tetapi juga pada proses dan isi.
9. Hubungan antar kelompok (sosial).
Tim akan efektif jika memiliki
kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan, baik dengan para atasan
(melobi), dengan tim lain (sosialisasi dan share) serta lingkungan perusahaan
(adaptasi). Kurang kerja sama dengan kelompok lain akan menyebabkan kerja
samanya kurang menggairahkan.
10. Ikatan hati secara sinergi.
Tim akan efektif jika sesama
anggotanya memiliki ikatan hati dengan baik, bahkan secara sinergi mempunyai
tanggung jawab moral untuk saling menasihati dan mencapai keberhasilan bersama.
Dimasa depan, tim memiliki tumpuan utama pada kredibilitas moral anggotanya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan makalah tentang “Kerjasama Tim dan Partisipasi Terhadap
Kinerja Karyawan”, maka pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa
kesimpulan berdasarkan hasil kajian pustaka dan teori yang telah dilakukan di
bab terdahulu dalam laporan ini.
Dari
hasil pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1) Kinerja karyawan menunjuk pada
kemampuan karyawan dalam melaksanakan keseluruhan tugas-tugas yang menjadi
tanggungjawabnya. Kinerja para karyawan akan meningkat apabila mereka terlibat
secara aktif dan ikut berpartisipasi dan menjadi bagian tim dalam proses
kegiatan pada unit organisasi dimana mereka bekerja.
2) Evaluasi kinerja berfungsi untuk
: (a) mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan kinerja suatu
organisasi; dan (b) memberikan masukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada. Melalui evaluasi kinerja dapat diketahui apakah
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan misi
dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di
masa yang akan datang.
3) Tim adalah suatu unit yang
terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengoordinasi kerja
mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen. Pertama,
dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim memiliki
interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam sebuah tim memiliki tujuan
kinerja yang sama.
4) Istilah partisipasi seringkali
digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam sebuah aktivitas.
Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta
tanpa ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat
juga berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam
artian ikut menentukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.
5) Ada sepuluh karakteristik yang
diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan kinerja secara luar biasa dan
cepat mencapai tujuan yang diharapkan.
·
Prinsip,
Tujuan dan Sasaran
·
Keterbukaan
dan Konfrontasi
·
Dukungan
dan Kepercayaan
·
Kerjasama,
Komunikasi dan Konflik
·
Prosedur
kerja dan keputusan yang layak
·
Kepemimpinan
yang layak
·
Review
Kerja dan Program secara Reguler.
·
Pengembangan
Individu.
·
Hubungan
antar kelompok (sosial).
·
Ikatan
hati secara sinergi.
6) Kerja sama tim dan partisipasi karyawan
yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus terlibat dalam
pengambilan keputusan merupakan kemampuan yang harus terus diasah dan masih
terdapat ruang untuk perbaikan. Tidak ada artinya karyawan berkemampuan tinggi
tetapi tidak bisa bekerja sama dalam tim dan terlibat aktif dalam
berpartisipasi di kegiatan organisasi.
B. Saran.
Dari
pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis sampaikan, penulis mencoba
memberikan beberapa saran :
a. Dalam upaya untuk peningkatan
kinerja karyawan maka perlu kerjasama tim dan partisipasi dari karyawan. Untuk
membangun tim yang baik, maka perlu ada ikatan hati antar anggotanya dengan
akidah dan nilai-nilai transendental, sehingga sangat penting membangun visi
dan misi bersama dalam tim.
b. Banyak organisasi gagal karena
dikelola secara berlebihan namun kurang dipimpin. Karena pemimpin merupakan
faktor yang penting dalam membangun tim. Pemimpin yang sukses membangun orang
dan tim mempunyai ciri-ciri sbb: karisma, kepedulian, komitmen, kejelasan,
komunikator, konsisten, kreatif, kompeten, keberanian dan kenekatan.
c. Makalah ini ini diharapkan dapat
dijadikan litelatur akademik dan mendorong dan memperkaya pustaka tentang
matakuliah Evaluasi Kinerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Yun
Iswanto, 2002. Buku Materi
Pokok, Manajemen SDM, Jakarta : BPK-Pusat Penerbitan UT.
Cushway, Manajemen
Sumber Daya Manusia (Perencanaan, Analysis, Kinerja, Penghargaan), PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta, 1996.
Niken
Safitri, Pengaruh Partisipasi
Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan : Job Relevant Information (JRI) Sebagai
Variabel Antara, Skripsi,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006
Purwoto
Wanasentana, DR, Materi Kuliah Evaluasi Kinerja,
Program Pascasarjana, Magister Manajemen,
Universitas Krisnadwipayana
B.S.
Wibowo, dkk. (2002). ”Trustco SHOOT :
Sharpening, Our Concept and Tools” PT. Syaamil
Cipta Media, Jakarta
[1] Niken Safitri, Pengaruh
Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan : Job Relevant
Information (JRI) Sebagai Variabel Antara, Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
2006
[2] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-sosial/partisipasi-warga-negara
[3] Purwoto Wanasentana,
DR, Materi Kuliah
Evaluasi Kinerja, Program Pascasarjana, Magister Manajemen,Universitas Krisnadwipayana
[4] B.S. Wibowo, dkk. (2002). ”Trustco SHOOT : Sharpening, Our
Concept and Tools” PT. Syaamil Cipta Media, Jakarta
thanks for your blog
ReplyDelete