BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pernahkah kamu
bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Mungkin kamu memang
belum banyak tahu tentang hal itu. Kalaupun pernah, kamu tentu masih sangat
sulit membayangkan betapa besar ukuran alam semesta ini. Akan kami terangkan
seberapa besar alam semesta ini dengan menggunakan suatu contoh. Seberapa
jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan? Jarak antara batas kota tempat kamu
tinggal mungkin tampak begitu besar bagimu. Anggap saja kamu sedang melintasi
seluruh jalan-jalan di kotamu, dari timur ke barat, dan kamu akan
terkagum-kagum oleh keluasannya. Mungkin diantara kalian ada yang pernah
bepergian ke kota lain yang jauh jaraknya. Tapi, camkan satu hal! Meskipun kamu
pergi mengelilingi dunia, tetap saja masih sulit untuk membantumu membayangkan
betapa luas alam semesta ini. Karena ukuran bumi hanyalah sebesar debu jika
dibandingkan dengan ukuran alam semesta yang teramat sangat luas ini.
Mungkin kamu
terkejut, tapi memang itu kenyataannya; planet bumi hanyalah sebutir debu jika
dibandingkan dengan luas seluruh alam semesta.
Rumusan Masalah
Untuk
memfokuskan makalah ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana terbentuknya alam semesta
?
Menjelaskan tentang hal-hal yang
terjadi berkaitan dengan terbentuknya alam semesta !
Bagaimanakah bentuk alam semesta ?
Seperti apakah kehidupan yang
terjadi dibumi ?
- Tujuan Penulisan
Penulis
makalah ini memilih beberapa tujuan antara lain adalah :
Untuk
mengetahui/memahami terciptanya alam semesta serta terjadinya kehidupan di muka
bumi.
Agar kita
bisa mengambil hikmah dari apa terjadi bebera tahun silam berkaitan dengan
terciptanya alam semesta ini.
BAB II
PEMBAHASAN
TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
Teori Ledakan Besar
(Big-Bang Theory)
Teori Big
Bang yaitu teori yang bisa diterima secara ilmiah sekarang untuk menjelaskan
asal mula terbentuknya alam semesta (universe).Teori ini berbunyi:
“ Alam semesta diciptakan kira-kira
15.000.000.000 (lima belas trilyun) tahun yang lalu,kejadiannya berawal dari
meledaknya atom prima atau atom awal (Primeval
Atom).
Ledakan itu sangat besar dan dasyat yang menyebabkan berhamburannya seluruh isi
(Materi dan energi)atom prima itu ke segala arah.”
Dengan dasar teori Big Bang itu, para ahli
sekarang berhasil mereka ulang pembentukan alam semesta dari waktu ke waktu,
dimulai dari pristiwa Big Bang bahkan saat ini mereka dapat memperkirakan
bagaimana bentuk alam semesta ini beberapa abad nanti, contohnya jika Galaksi
Bimasakti
(Milkyway) tempat kita berpijak dan galaksi tetangga yang paling dekat yaitu Galaksi
Andromeda akan
saling bergerak mendekat dan suatu saat mereka akan bertabrakan.
Setelah terjadinya ledakan (big Bang),
terjadilah semacam bencana alam semesta (cosmic cataclysm). Alam semesta
dipenuhi oleh bola-bola api yang sangat panas dan padat. Dari bola-bola api
inilah kemudian terbentuk partikel-partikel dasar dan muatan-muatan energi,
dari muatan-muatan energi ini kemudian terbentuk daya-daya kekuatan di alam
semesta. Daya kekuatan alam
yang diperkirakan pertama kali terbentuk adalah daya gravitasi, kemudian daya
nuklir serta daya electromagnetis.
Partikel-partikel dasar yaitu elektron,
photon, neutron dan lain-lain saling bertubrukan untuk kemudian membentuk
proton dan neutron. Selama masa ini sebagian besar energi masih berbentuk
radiasi (percikan-percikan cahaya dari bola-bola api).
Alam semesta terus mengembang dan perlahan-lahan
mulai mendingin. Pada tahap ini, inti atom hidrogen, helium dan litium mulai
membentuk. Tahap selanjutnya alam semesta mulai memasuki tahap suhu yang cukup
dingin sehingga partikel-partikel elektron yang bermuatan negatif dapat berkait
dan menyatu dengan inti-inti atom hidrogen dan helium yang bermuatan positif
untuk kemudian membentuk atom-atom yang netral.
Karena alam semesta terus membesar,
kepadatannya otomatis semakin berkurang dan suhunya juga semakin mendingin.
Proses pengembangan alam semesta terus
berlanjut dengan tingkat kecepatan yang tinggi. Daya gravitasi mulai
mempengaruhi tingkat kepadatan gas-gas yang terbentuk akibat Big Bang, sehingga menciptakan
gumpalan-gumpalan awan gas. Saat gumpalan-gumpalan ini semakin memadat, inti
gumpalan gas tersebut juga bertambah padat berlipat-lipat dengan suhu yang juga
terus meningkat panas sampai akhirnya menyala sebagai bentuk awal sebuah
bintang. Saat semua kantong-kantong gas mengalami proses serupa maka kelompok
bintang-bintang muda ini membentuk menjadi sebuah gugusan bintang (galaksi).
Seluruh proses di atas, dari Big Bang hingga terbentuknya planet, bintang serta
galaksi berlangsung dalam kurun waktu milyaran tahun.Seperti halnya proses
pembentukan bintang-bintang yang lain, bintang kita, yang kita kenal dengan
nama Matahati (sun) juga terbentuk dari gumpalan atau kantong awan gas.
Gumpalan awan gas yang berbentuk piringan yang sangat luas ini beterbangan
berputar-putar. Bagian tengahnya mulai padat dan memanas untuk kemudian menyala
menjadi bintang sementara materi sisa disekelilingnya saling bertumbukan,
menyatu dan menggumpal membentuk planet-planet, bulan-bulan dan asteroid. Bumi
yang merupakan bagian kecil dari material yang menggumpal ini menjadi planet ke
tiga. Dengan suhunya yang relatif lebih dingin, memungkinkan terbentuknya
atmosfer pendukung kehidupan.
Teori Big Bang ini diajukan oleh Georges
Lemaitre pada
tahun 1927, dia adalah seorang pendeta sekaligus ahli matematika dari Belgia.
Bertahun-tahun kemudian, Edwin Hubble menetapkan teori bahwa : Galaksi-galaksi
di alam semesta ini semuanya bergerak menjauhi pusat alam semesta dengan
kecepatan yang sangat tinggi atau dapat dikatakan bahwa alam semesta ini
mengembang kesegala arah. Apa yang dikemukakan Hubble ini menguatkan teori Big
Bang-nya Lemaitre.
Teori Big Bang juga memprediksikan bahwa
ledakan Big Bang telah meninggalkan seberkas cahaya radiasi
("background" radiation) dan pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert
Wilson berhasil menemukan radiasi pertama ini, persis seperti yang
diprediksikan dalam teori Big Bang.
Terbentuknya Materi Padat
Setelah big bang sampai 300.000 tahun
kemudian, bentuk materi masih berupa gas. Dari gumpalan-gumpalan gas ini
selanjutnya bintang-bintang berukuran sangat besar mulai terbentuk tetapi hanya
berusia pendek karena kemudian meledak (supernova). Setelah meledak gas-gasnya
menggumpal lagi, menjadi padat, kemudian menyala dan terbentuk bintang-bintang
lagi yang berukuran lebih kecil,
meledak kembali, demikian terus menerus
untuk beberapa kali sampai akhirnya terbentuk materi-materi berat di inti bintang-bintang
yang meledak. Materi-materi padat inilah yang kemudian membentuk benda-benda di
alam semesta seperti yang sekarang ini seperti planet-planet dll bahkan
unsur-unsur pembentuk tubuh kita sebagian besar dari materi-materi berat ini.
Jadi, materi-materi padat dibentuk di
dalam inti bintang melalui proses fusi nuklir (peleburan / penyatuan materi
nuklir) dan dimulai dari materi-materi ringan seperti hidrogen dan helium.
Sementara materi-materi yang lebih berat seperti karbon, oksigen, nitrogen
hingga besi dibentuk di dalam inti bintang karena memang suhu dan tekanannya
lebih memungkinkan. Materi-materi ini terlempar ke luar angkasa saat
bintang-bintang tersebut meledak.
HIPOTESIS “KEADAAN-STABIL”
Teori Dentuman Besar dengan cepat diterima
luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang jelas. Namun, para ahli
astronomi yang memihak materialisme dan setia pada gagasan alam semesta tanpa
batas yang dituntut paham ini menentang Dentuman Besar dalam usaha mereka
mempertahankan doktrin fundamental ideologi mereka. Alasan mereka dijelaskan
oleh ahli astronomi Inggris, Arthur Eddington, yang berkata, “Secara filosofis,
pendapat tentang permulaan yang tiba-tiba dari keter-aturan alam sekarang ini
bertentangan denganku.
Ahli astronomi lain yang menentang teori
Dentuman Besar adalah Fred Hoyle. Sekitar pertengahan abad ke-20 dia
mengemukakan sebuah model baru yang disebutnya “keadaan-stabil”, yang tak lebih
suatu per-panjangan gagasan abad ke-19 tentang alam semesta tanpa batas. Dengan
menerima bukti-bukti yang tidak bisa disangkal bahwa jagat raya mengembang, dia
berpendapat bahwa alam semesta tak terbatas, baik dalam dimensi maupun waktu.
Menurut model ini, ketika jagat raya mengembang, materi baru terus-menerus
muncul dengan sendirinya dalam jumlah yang tepat sehingga alam semesta tetap
berada dalam “keadaan-stabil”. Dengan satu tujuan jelas mendukung dogma “materi
sudah ada sejak waktu tak terbatas”, yang merupakan basis filsafat mate-rialis,
teori ini mutlak bertentangan dengan “teori Dentuman Besar”, yang menyatakan
bahwa alam semesta mempunyai permulaan. Pendukung teori keadaan-stabil Hoyle
tetap berkeras menentang Dentuman Besar selama bertahun-tahun. Namun, sains
menyangkal mereka.
EVOLUSI ALAM SEMESTA
Naluri manusia selalu ingin mengetahui
asal usul sesuatu, termasuk asal-usul alam semesta. Berbagai hasil pengamatan
dianalisis dengan dukungan teori-teori fisika untuk mengungkapkan asal-usul
alam semesta. Teori yang kini diyakini bukti-buktinya menyatakan bahwa alam
semesta ini bermula dari ledakan besar (Big Bang) sekitar 13,7 milyar tahun
yang lalu. Semua materi dan energi yang kini ada di alam terkumpul dalam satu
titik tak berdimensi yang berkerapatan tak berhingga. Tetapi ini jangan
dibayangkan seolah olah titik itu berada di suatu tempat di alam yang kita
kenal sekarang ini. Yang benar, baik materi, energi, maupun ruang yang
ditempatinya seluruhnya bervolume amat kecil, hanya satu titik tak berdimensi.
Tidak ada suatu titik pun di alam semesta
yang dapat dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan kata lain ledakan besar alam
semesta tidak seperti ledakan bom yang meledak dari satu titik ke segenap
penjuru. Hal ini karena pada hakekatnya seluruh alam turut serta dalam ledakan
itu. Lebih tepatnya,
seluruh alam semesta mengembang tiba tiba secara serentak. Ketika itulah
mulainya terbentuk materi, ruang, dan waktu.
Materi alam semesta yang pertama terbentuk
adalah hidrogen yang menjadi bahan dasar bintang dan galaksi generasi pertama.
Dari reaksi fusi nuklir di dalam bintang terbentuklah unsur-unsur berat seperti
karbon, oksigen, nitrogen, dan besi. Kandungan unsur-unsur berat dalam
komposisi materi bintang merupakan salah satu "akte" lahir bintang.
Bintang-bintang yang mengandung banyak unsur berat berarti bintang itu
"generasi muda" yang memanfaatkan materi-materi sisa ledakan
bintang-bintang tua. Materi pembentuk bumi pun diyakini berasal dari debu dan
gas antar bintang yang berasal dari ledakan bintang di masa lalu. Jadi, seisi
alam ini memang berasal dari satu kesatuan.
Bukti-bukti pengamatan menunjukkan bahwa
alam semesta mengembang. Spektrum galaksi galaksi yang jauh sebagian besar
menunjukkan bergeser ke arah merah yang dikenal sebagai red shift (panjang
gelombangnya bertambah karena alam mengembang). Ini merupakan petunjuk bahwa
galaksi galaksi itu saling menjauh. Sebenarnya yang terjadi adalah pengembangan
ruang. Galaksi galaksi itu (dalam ukuran alam semesta hanya dianggap seperti
partikel partikel) dapat dikatakan menempati kedudukan yang tetap dalam ruang,
dan ruang itu sendiri yang sedang berekspansi. Kita tidak mengenal adanya ruang
di luar alam ini. Oleh karenanya kita tidak bisa menanyakan ada apa di luar
semesta ini.
Secara sederhana, keadaan awal alam semesta dan pengembangannya itu
dapat diilustrasikan dengan pembuatan roti. Materi pembentuk roti itu semula
terkumpul dalam gumpalan kecil. Kemudian mulai mengembang. Dengan kata lain
"ruang" roti sedang mengembang. Butir butir partikel di dalam roti
itu (analog dengan galaksi di alam semesta) saling menjauh sejalan dengan
pengembangan roti itu (analog dengan alam).
Dalam ilustrasi tersebut, kita berada di
salah satu partikel di dalam roti itu. Di luar roti, kita tidak mengenal adanya
ruang lain, karena pengetahuan kita, yang berada di dalam roti itu, terbatas
hanya pada ruang roti itu sendiri. Demikian pulalah, kita tidak mengenal alam
fisik lain di luar dimensi "ruang waktu" yang kita kenal.
Bukti lain adanya pengembangan alam
semesta di peroleh dari pengamatan radio astronomi. Radiasi yang terpancar pada
saat awal pembentukan itu masih berupa cahaya. Namun karena alam semesta terus
mengembang, panjang gelombang radiasi itu pun makin panjang, menjadi gelombang
radio. Kini radiasi awal itu dikenal sebagai radiasi latar belakang kosmik
(cosmic background radiation) yang dapat dideteksi dengan teleskop radio.
GALAKSI
Berdasarkan Hipotesis Fowler, galaksi
berawal dari suatu kabut gas pijar dengan massa yang sangat besar. Kabut ini
kemudian mengadakan kontraksi dan kondensasi sambil terus berputar pada
sumbunya. Ada massa yang tertinggal, yakni pada bagian luar dari kabut pijar
tadi. Massa itu juga mengadakan kontraksi dan kondensasi maka terbentuklah
gumpalan gas pijar yaitu bintang-bintang. Bagi yang bermassa besar masih berupa
kabut bintang. Dengan cara yang sama, bagian luar bintang yang tertinggal juga
mengadakan kondensasi sehingga terbentuklah planet. Demikian
juga bagian planet membentuk satelit bulan.
Bima Sakti atau
Milky Way, berbentuk seperti kue cucur. Matahari kita terletak kira-kira pada jarak 2/3, dihitung dari pusat
galaksi itu sampai ke tepiannya.
Tata surya terdiri dari matahari sebagai
pusat, benda-benda lain seperti planet, satelit, meteor-meteor, komet-komet,
debu dan gas antarplanet beredar mengelilinginya. Teori-teori yang mendukung
terbentuknya tata surya, antara lain Hipotesis Nebular, Hipotesis
Planettesimal, Teori Tidal, Teori Bintang Kembar, Teori Creatio Continua dan
Teori G.P. Kuiper.
SUSUNAN TATA SURYA
Matahari kita dikelilingi oleh sembilan
planet. Empat buah yang dekat dengan Matahari disebut planet dalam, yaitu
Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Lima lainnya yang disebut planet luar berada
relatif jauh dengan Matahari dan umumnya besar-besar. Mereka adalah Jupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Anggota. tata. surya yang lain adalah:
Asteroida, berbentuk semacam planet tetapi
sangat kecil, bergaris tengah 500 mil, jumlahnya lebih dari 2.000 buah dan
terletak antara Mars dan Jupiter.
Komet atau bintang berekor. Garis edarnya
eksentrik, perihelionnya sangat dekat dengan matahari, sedangkan aphelionnya
sangat jauh, berupa bola gas pijar seperti matahari.
Meteor, merupakan batuan dingin yang
terjadi akibat gaya tarik bumi sehingga masuk ke atmosfer menjadi pijar karena
bergesekan dengan atmosfer.
DESKRIPSI DAN MODEL
ALAM SEMESTA
Kesan umum luas dan megahnya alam semesta
diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit malam yang cerah tanpa cahaya
Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang seolah tak terhitung jumlahnya.
Struktur dan luas alam semesta sangat sukar dibayangkan manusia, dan progres
persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu memerlukan waktu berabad-abad.
Deskripsi pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu
alam semesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas
seharusnya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3
(oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe,
1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672),
jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley,
1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan
panjang ini terus berlanjut antargenerasi.
Benda langit yang terdekat dengan bumi adalah bulan.
Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang surut air laut di bumi, tak henti-hentinya
selama bermiliar tahun. Karena periode orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di
Bumi tak pernah bisa melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan
teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada
tahun 1959.
Pada siang hari, pemandangan langit
sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan; sedang di saat fajar dan
senja, langit merah di kaki langit timur dan barat. Interaksi cahaya matahari
dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang berwarna warni.
Matahari sendiri adalah satu di antara beragam bintang
di Galaksi. Ada bintang yang lebih panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari
5.800o K), seperti bintang panas (bisa mencapai 50.000oK)
yang memancarkan lebih banyak cahaya ultraviolet-cahaya yang berbahaya bagi
kehidupan. Ada bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan cahaya merah
dan inframerah dibandingkan cahaya tampak yang banyak dipergunakan manusia.
Manusia bisa mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta
yang luas, mengenal ciptaan Allah yang tidak pernah dikenali di muka bumi
seperti Black Hole, bintang Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan
bintang Nova atau Supernova, ledakan inti galaksi dan sebagainya. Akan tetapi,
berbagai fenomena yang sangat dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan mahluk
hidup yang rentan terhadap kerusakan. Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin
bersungguh-sungguh menekuninya.
BUMI DAN PLANET-PLANET
LAINNYA
Dimulai dari planet Bumi: sebuah wahana
yang ditumpangi oleh bermiliar manusia. Kecerdasan spiritual manusialah yang
akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini; perjalanan antargenerasi
selama bermiliar tahun tanpa tujuan akhir yang diketahui pasti, yang gratis dan
tak berujung, hingga waktu kehancurannya tiba.
Namun Bumi masih terlalu kecil
dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar raksasa, lebih dari 1.250.000 kali
ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi yang tak berdaya,
tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi pusat Galaksi lebih
dari 200 juta tahun untuk sekali edar penuh. (Lalu apa rencana secercah
kehidupan kita dalam pengembaraan panjang ini? Sangat sayang bila kita tidak
sempat melihat kosmos hari ini. Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan
berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.)
Pengiring Matahari lainnya adalah planet
Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, asteroid,
komet dan sebagainya. Ragam wahana dalam tata surya itu berupa sosok bola gas,
bola beku, karang tandus yang sangat panas; semuanya tak terpilih seperti
planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana yang tersebar di alam semesta yang sangat
luas itu tak semuanya mudah atau layak dihuni oleh kehidupan?)
Putaran demi putaran waktu berlalu,
kehancuran wahana bermiliar manusia akan menghampiri perlahan tapi pasti.
Namun, berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta masih belum
atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia telah dikerahkan dan
pengetahuan bertambah, namun misteri alam semesta itu terus menjadi warisan
bagi generasi berikutnya.
Penjelajahan akal manusia mendapatkan
fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia atom, planet, tata surya,
hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas galaksi-galaksi muda.
Dengan itu, pengetahuan manusia merentang dalam dimensi panjang 10-13 hingga
1026 meter, yang merupakan batas fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia
sains. Pada abad ke-21 manusia masih berambisi untuk menyelami dunia 10-35
meter (skala panjang Planck) atau 10-20 kali lebih kecil dari penemuan skala
atom pada dekade pertama abad ke-20. Begitu pula dimensi lainnya seperti waktu,
energi, massa, rentangnya meluas dari yang lebih kecil dan lebih besar.
Tentang rentang waktu alam semesta,
manusia mendefinisikan berbagai zaman (dan zaman transisi di antaranya): Zaman
Primordial, ketika usia alam semesta antara 10-50 hingga 105 tahun, Zaman
Bintang, (106 – 1014 tahun), Zaman Materi Terdegenerasi, (1015 – 1039 tahun),
Zaman Black Hole, (1040 – 10100 tahun), Zaman Gelap ketika alam semesta menghampiri
kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam Semesta, ketika materi meluruh. Tanpa
fakta-fakta dan ilmu yang diketahui manusia (atas izin Allah), akhirnya manusia
hanya bisa berspekulasi dan tak bisa mendefenisikan berbagai keadaan, misalnya
sebelum kelahiran alam semesta dan setelah kehancuran.
Penjelajahan akal manusia bisa menggapai
penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di Matahari 1060 atau di Bumi
1050), energi ikat (antara Bumi dan Matahari sebesar 1033 Joule), energi
radiasi matahari sebesar 1026 watt, energi Matahari yang diterima Bumi sebesar
1022 Joule, energi yang diperlukan manusia per tahun sebesar 1020 Joule, energi
penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium sebesar 1013 Joule, energi yang
dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108 Joule. Sebuah anugerah yang besar bagi
manusia, walaupun melalui proses yang panjang.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa alam semesta mencakup keseluruhan benda-benda alam yang
terdiri dari galaxy, bintang-bintang, matahari, planet-planet, nabula dan
satelit-satelit. Yang dimana asal muasal benda alam itu sudah dinyatakan
kebenarannya melalui penelitian para ahli dan dibenarkan oleh Al-Qur’an.
SARAN-SARAN
Hendaknya
kita sebagai manusia harus bisa menikmatidan menjaga sebaik-baiknya segala
sesuatu yang telah tercipta (alam semesta beserta isinya).
Sebaiknya
ilmu pendidikan yang kita pergunakan tidak terlepas dari koridor keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa KS. Buku Alam
Semesta dan Kehancurannya. Penerbit Percetakan Offcet.
Dr.
Mawardi. Dkk. Buku IAD, ISD, IBD Penerbit Pustaka Setia. See.
Harun Yahya, The Evolution Deceit: The Scientific Collapse of Darwinism and Its
Ideological Background, Istanbul,
1998.
Cronin,
Vincent, The View from Planet Earth: Man Looks at the Cosmos, New York: William Morrow
& Company, Inc., 1981, ISBN
0-688-00642-6
Roos,
Matts Introduction to Cosmology. John Wiley & Sons, Ltd, Chichester: 2003.
Hawley,
John F. & Katerine A. Holcomb Foundations of Modern Cosmology. Oxford University Press, Oxford: 1998.
Hetherington,
Norriss S. Cosmology: Historical, Literary, Philosophical, Religious, and
Scientific Perspectives. Garland Publishing,
New York:
1993.
Gal-Or,
Benjamin, Cosmology, Physics and Philosophy,
Springer Verlag, 1981, 1983, 1987, New York.
TERIMA KASIH , HARAF FOLLOW TWITTER ADMIN http://www.twitter.com/darwisRoland_
re
0 comments:
Post a Comment