Memang kadang hidup itu tak sempurna dan seindah yang kita inginkan. Tapi apa daya kita sebagai manusia hanya bisa menerima takdir dari tuhan dan selalu berusaha. Cerita ini berawal dari hidup ku yang hidup dari sebuah keluarga yang sederhana. Orang tua ku memberiku nama Putri, ayah memberi ku nama Putri karena alasan, aku adalah anak perempuan satu-satunya dari dua bersaudara. Aku hidup disebuah desa di daerah sumatra selatan yaitu sebuah desa yang bernama Betung, ayah dan ibu adalah asli orang Komring. Mungkin kalian banyak yang belum tau suku Komring, suku Komring adalah suku asli dari sumatra selatan yang sangat kental dengan budayanya.
Memang benar kata ku sebelumnya, hidup tidak lah sempurna dan seindah yang kita inginkn. Itu terbukti orang yang sangat aku sayang dan cinta, yaitu ibuku meningalkan kami sekeluarga untuk selamanya karena penyakit yang sudah bersarang lama ditubuhnya. Memang berat rasanya untuk terima dan ikhlas dengan kematian ibuku, saat itu aku masih duduk di kelas dua SD. Teringat semua kenangan dengan ibu yang tidak mungkin ku lupakan terutama pesan terakhir dari ibu yang memang terasa aneh bagiku, mungkin ibu sudah merasakan bahwa hidupnya sudah tak lama lagi.
"
Menjadi perempuan bukan lah mudah, banyak yang harus kau jaga, tahu kan?,jadi
haga dirimu dan jaga juga adikmu" kata ibu pada ku saat itu, dan ku hanya menganggukan
kepala.
" Dan
satu lagi ibadah adalah bekal kita nanti, jadi jangan
lah kau lalaikan perintah agama" begitu lanjut
ibu.
Terkenenang
semua kenangan itu tanpa terasa air mata turun dari mata ku mengalir bagaikan
derasnya sungai yang membanjiri pipiku. Dalam hati ku berjanji.
" Baik bu semua pesanmu pasti akan teringat dan ku terapkan dalam
hidup ku ini".
Telah seminggu sudah ibu meninggalkan kami sedih masih menyelimutiku, kala teringat pada ibu. Terutama saat ku melihat adikku yang masih kecil, rasa iba ku pun menjadi tangis dalam hidupku, akan kah aku bisa membahagiakanya.
" Rohman sini dulu." panggil ku pada adiku.
" Iya kak rohman kesitu"katanya.
" Kamu
yang kuat ya sayang kakak pasti akan menjaga mu dan menjadi ibu ke-dua buat
mu"kata ku pada rohman.
" iya
kak terima kasih, kapan ya kak kita bsa ketemu lagi dengan ibu, rohman rindu
sekali dengan ibu?" tanyanya dengan polos.
Aku yang
mendengarpun semakin terpukul dan menangis sambil memeluk adikku erat-erat.
"
Sebetulnya kakak juga rindu dengan ibu, tapi sekarng belum saatnya kita ketemu
dengan ibu. Tugas kita sekarang adalah menjadi anak sholeh sehingga bisa mendo'akan ibu dari
sini".
Hal yang aku takutkan pun terjadi, ayah akhirnya
memutuskan untuk menikah lagi dengan perempuan pilihanya. Dengan alasan akan
ada yang mengurus rumah sekaligus menjadi ibu baru buat kami. Sempat ku merasa
tidak terima dengan menikahnya ayah tapi apa daya, semua keinginan ku pun tak
mungkin akan terwujujud. Akhirnya kamipun harus terima kalau kami punya ibu
tiri. Seperti yang aku takuti dulu ternyata setelah beberapa bulan ayah menikah
dengannya, semua kejelekan dan kekejaman ibu tiri kupun terlihat semua. Akupun
sering dimaki-maki tanpa alasan yang pasti, apalagi dia selalu menjelek-jelekan
ku didepan ayah. Ayah yang tak tau apa-apapun sudah pasti memarahiku. Hingga
suatu hari ayah memberi keputusan yang sangat ku tidak terima. Aku harus di
berhentikan sekolah dengan berbagai alasan yang, saat itu sekolahku harus putus di kelas
empat SD.
" Sanak
bay donti, ahirna
begawina dilom dapur, jadi guai api haga sekolah. Lagi pula ekonomi kita mak
sanggup haga nyekolahko niku." begitu kata ayah menggunakan bahasa komring
yang artinya
" Anak
perempuan akhirnya nanti juga akan kerja didapur, jadi buat apa kau sekolah.
Lagi pula ekonomi kita tak sanggup untuk menyekolah kan mu".
Aku yang tak berdayapun hanya bisa terima kenyataan
dan menangisi keadaan. Sempat ku berpikir apakah semua ini hasutan jahat dari
ibu tiri ku, tapi sudah lah nasi sudah menjadi bubur aku harus terima semua
kenyataan ini.
Hingga suatu hari merasa diriku sudah tidak berguna jika hanya diam dirumah dan hanya akan membuatku menderita makan hati karena cacian ibu tiriku. Aku akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah dan ikut nenek untuk mencari kerja di kota dimana nenek tinggal. Memang berat rasanya apa lagi aku harus meninggalkan rohman dirumah dengan ibu tiriku, namun harus berani kujalani, kan akhirnya ku bekerja hasilnya untuk adiku juga ,agar nasibnya tidak akan sama dengan ku.
" Man,
kakak pergi dulu ikut nenek untuk cari kerja" kataku pada rohman sambil
menangis, yang saat itu dia duduk di kelas 5 SD.
" Tapi
nanti siapa yang menemani rohman, kak? " tanyanya.
"
Tenang saja kan dirumah ada ayah dengan ibu ditambah sebentar lagi kita punya
adik baru, jadi kamu harus patuh dengan ayah dan ibu". Lanjut ku pada
rohman.
"Tapikan
jelas berbeda dengan kakak" rohman menjawab sambil meneteskan airmatanya.
" Sudah
jangan mengeluh dan menangis lagi kamu kan laki-laki jadi gag boleh menangis.
Nanti kalau kakak pulang, kakak belikan mainan buat rohman tp rohman harus
janji rajin belajar dan ibadahnya tidak boleh lalai, buat kakak bangga"
kata ku pada rohman sambil menangis.
" Baik
lah kak tapi kakak juga tidak boleh menangis lagi dan jangan lupakan rohman
ya?". Jawab rohman.
" Tentu
saja sayang kakak akan selalu ingat dengan mu" kataku pada rohman sembari
mengusap air mata ku dipipi. Akhirnya aku meninggalkan rumah dan pamit pada
ayah dan ibu, teringat selalu wajah rohman selama diperjalanan tanpa ku sadari
air mata menetes dari mata ku.
" Aku
harus tegar demi rohman dan menepati janjiku pada ibu" kata ku dalam hati.
Tanpa terasa empat tahun sudah kepergian ku dari rumah
untuk bekerja. Kadang ku mengambil libur untuk menjenguk rohman, dan tentu saja
gajih yang kuhasilkan dari bekerja ku sisihkan untuk uang sekolah rohman. Masih
teringat saat ku belikan dia mobil mainan yang tidak seberapa harganya,
terlihat senyuman kebahagiaan dari wajahnya yang membuatku selalu menangis bila
mengingatnya karena kebhagianya adalah kebahagianku juga. Tanpa terasa pula
rohman sudah menginjak kelas tiga SMP, yang berarti dia akan segera lulus dan
akan melanjutkan sekolah keSMA. Sempat aku mendengar percakapan ayah dengan ibu
tiriku saat aku pulang kerumah , bahwa setelah rohman lulus SMP nanti tidak
akan dilanjutkan sekolahnya. Dengan alasan terbatasnya ekonomi, diambah kedua
adikku dari ayah dan ibu tiri sudah mulai mengenyam pendidikan. Jadi
kemungkinan besar rohman tidak akan melanjutkan sekolah. Teringat ku pada
janjiku dengan ibu untuk menjaga rohman, sehingga ku putuskan untuk
menyekolahkanya kelak dengan jerih payahku sendiri.
Tanpa terasa akhirnya rohman lulus dari SMP, mendengar
kabar itu aku putuskan untuk libur bekerja untuk beberapa hari. Sesampai
dirumah aku mendengar bahwa rohman menangis karena tidak diijinkan untuk
melanjutkan sekolah. Hati ini sangat terpukul mendengarnya, akhirnya aku putuskan
memberanikan diri untuk membawa rohman kekota untuk aku sekolahkan.
"
Rohman sudah jangan menangis lagi, kamukan laki-laki jadi harus tegar dan
jangan mudah nangis" kata ku pada rohman yang sedang menangis dikamar.
"Iya
kak tapikan rohman masih mau sekolah" katanya sambil tersedu-sedu.
" Ya
sudah jangan menangis lagi, nanti kamu ikut kakak kekota dan kakak usahakan
kamu kakak sekolahkan" kata ku pada rohman sembari memeluknya.
" Benar
ya kak?, rohman janji akan bantu kakak dan patuh dengan kakak " katanya
pada ku.
" Iya
tentu saja, nanti kakak yang minta ijin pada ayah" lanjut ku pada rohman.
Akhirnya aku minta ijin pada ayah membawa rohman
kekota untuk sekolahkan, lagi pula rohman lulus dari SMP dengan nilai terbaik
disekolahanya, jadi akan sangat rugi bila memberhentikan rohman sekolah padahal
dia sangat berbakat dan pintar.
Hingga suatu hari aku menikah dengan orang yang aku sayangi. Yang membuat ku bersedia dia menyunting ku, karena dia juga bersedia untuk membantuku menyekolahkan rohman. Sebut saja namanya adalah parlan, parlan adalah seorang lelaki yang sangat berbeda dengan laki-laki lain, yang lebih penting dia adalah imam yang sangat pantas buat keluarga karena dia termasuk orang yang sholeh. Setelah dua tahun menikah kami memiliki seorang anak laki-laki yang kami beri nama Paris. Tanpa terasa juga rohman sudah lulus dari SMA dengan nilai yang terbaik di Sumatera Selatan. Perasaan bangga menjadi kakaknya memang tak bisa terhitung lagi, jerih payahku menyekolahkanya pun sudah terbayarkan dengan keberhasilanya.
Karena nilai rohman yang sangat baik itu, akhirnya dia
mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia tanpa
mengeluarkan biaya sedikit pun, karena semuanya sudah ditanggung pemerintah
Sumatra Selatan. Sehari sebelum rahman pergi kejakarta aku sempat bicara empat
mata dengannya.
"
Terima kasih , atas bersedianya kakak menjadi ibu
ke-dua buat rohman, sehingga rohaman menjadi begini" kata
rohman pada ku.
"
Sudahlah kakak sudah merasa terbayar dengan semua prestasi yang kau berikan
ini" kataku pada rohman sambil meneteskan air mata.
" Tapi
rohman merasa belum seberapa, dengan apa yang kakak berikan selama ini, suatu
hari nanti setelah rohman menjadi orang sukses, rohman berjanji akan
membahagiakan kakak dan tidak akan ada airmata lagi dihidup kakak." kata
rohman pada ku sembari mengusap airmataku.
Air mata ku pun mengalir membasahi pipi walau telah
diusap oleh rohman, dan ku peluk adikku sampai hati ini merasa puas. Hari
dimana rohman akan pergi ke-Jakarta pun tiba, sedih bercampur bangga menjadi
satu, do'a akan selalu menyertai adikku tersayang yang selamanya akan selalau
begitu. Janji pada ibu pun terasa sudah sedikit terbayar, aku harap kelak rohaman dan anak ku
paris menjadi orang yang sukses dan hidupnya selalu bahagia.
Aku tidak mau, bila nasib orang yang aku sayangi, terutama anak ku kelak sama
nasibnya sepertiku yang selalu dihantui oleh penderitaan.
re
0 comments:
Post a Comment